Thursday, August 30, 2018

Kisah kuda perang dahulu dan sekarang


Kuda sejak lama telah menjadi pendamping setia kehidupan manusia, baik sebagai alat transportasi maupun pekerjaan. Hampir di setiap negara mengenal delman atau kereta sejenisnya sebagai alat transportasi, kemudian  kuda sirkus, pacuan kuda dan masih banyak lagi. 

Daging kuda juga dikomsumsi di banyak negara di dunia, termasuk Italia. Rasa dagingnya yang manis, kandungan lemaknya yang rendah, namun kaya akan protein dan zat besi, ketika diolah , daging kuda bisa menjadi menu makanan yang lezat dan istimewa.

Sejak zaman kuno, kuda juga selalu dilibatkan dalam peperangan antar manusia,  yang hampir tidak ada hentinya. Tidak hanya di benua Eropa, tetapi di benua lainnya di seluruh dunia. Kereta perang (bahasa latin: “carrus”) yang ditarik seekor kuda,  pertama kali ditemukan di Mesopotamia. Kereta perang yang digunakan dalam perang kuno selama zaman perunggu dan zaman besi. 

Kereta perang di zaman itu, rodanya disimpan terpisah dan dirakit pada saat akan digunakan. Saat berperang, kereta bisa membawa dua prajurit: satu sebagai kusir dan yang lainnya memegang busur dan tombak. Kereta perang ini, sangat efektif dipergunakan di padang gurun yang luas dan terbuka, sehingga para prajurit bisa bertempur berhadap-hadapan. 

Kereta perang Mesir. 

Kereta perang mula - mula, banyak digunakan oleh pasukan Hyksos (pasukan bangsa semit , nenek moyang bangsa-bangsa di Timur tengah) ketika melawan bangsa Mesir, di akhir periode sejarah Mesir. Sekitar abad 19 SM, dengan menggunakan kereta perang ini, pasukan Hyksos mampu menyapu pertahanan pasukan Firaun dan berhasil menguasai Mesir. Namun di abad 17 SM, setelah mengusai penggunaaan kereta perang, bangsa Mesir berhasil merebut kembali tanah air mereka.


Bangsa Romawi dan Mediterania kuno juga menggunakan kereta perang dalam pertempuran mereka. Ada kereta yang ditarik oleh dua ekor kuda, ada juga yang di tarik oleh empat ekor kuda. Sekitar abad ke-10 SM, penggunaan kereta perang mulai menghilang. Supaya bisa bergerak lebih gesit, kereta perang pun diganti dengan menunggang kuda. Tetapi kereta kuda tetap digunakan dalam setiap perlombaan, seperti pacuan kereta kuda, yang menjadi salah satu perlombaan populer saat itu.

Seiring berjalannya waktu, peran kuda dalam peperangan pun tergantikan oleh prajurit-prajurit khusus (infanteri) dalam pertempuran di lapangan. Kerajaan Yunani dan Romawi di masa kejayaannya, memiliki juga pasukan khusus, seperti: pasukan “hoplites” Yunani, “The Macedonian phalanx" Kerajaan Makedonia, tentara kerajaan Romawi dan lain-lain. Namun pasukan berkuda tetap dibutuhkan di titik-titik tertentu seperti mengejar dan membunuh musuh dalam perjalanan. 

Kerajaan Romawi, sesuai dengan sistim hukum traditional kerajaan “Servio Tullio”,  yang bisa masuk militer, hanya orang-orang kaya saja. Karena  dalam setiap peperangan, mereka harus mengeluarkan sendiri biaya perang yang tidak sedikit, dan kuda salah satu barang mewah saat itu. Para bangsawan yang tidak bisa masuk militer, biasanya membentuk kelas sosial sendiri, misalnya menjadi pedagang atau pengusaha.

Kuda perang Romawi.

Setelah kejatuhan Imperial Romawi dan sistim feodal mulai merajalela di benua Eropa, kuda kembali menjadi salah satu elemen penting dalam kehidupan masa itu. Pria berkuda menenteng senjata adalah sebuah kebanggaan, simbol yang menunjukkan status sosialnya, landasan organisasinya dan hidupnya. 

Puncaknya terjadi sekitar abad ke-7 hingga ke-8 M, ketika Carlo Magno yang berkuasa mengeluarkan sebuah peraturan: “ Jika seseorang yang bersumpah setia kepada penguasa, maka orang itu bisa menjadi tuan tanah dan para petani penggarap lahan adalah budaknya”. Sejak saat itu, banyak ksatria yang berlatih militer, berkuda dan berjanji setia melayani penguasa.

Ksatria berkuda.

Para ksatria di abad pertengahan tidak hanya seorang pejuang. Sebagai bentuk kehormatan, mereka juga memiliki kewajiban moral dan agama yang harus dipertahankan. Para kesatria bisa saja berasal dari keluarga miskin, yang ingin membela kaum lemah dari ketidakadilan  dan perlakuan semena-mena dari pada saudagar kaya saat itu. 

Untuk menjadi seorang ksatria tangguh dan memiliki kemampuan khusus, mereka harus berlatih sejak usia muda. Belajar menggunakan pedang dan mempraktekkannya di atas kuda dengan mengenakan baju besi. Mereka juga mempelajari prinsip-prinsip etika dan kode etik menggunakan pedang. Harus melewati tahapan dari seorang pengawal sampai menjadi kesatria sejati. Sampai dikukuhkan dalam sebuah upacara penobatan dan pengambilan sumpah yang mengikat sepanjang hidup mereka.

Kejayaan para ksatria pun mulai redup, ketika senjata api ditemukan di akhir abad pertengahan. Dan semakin meredup di abad ke-16, ketika Swiss mengembangkan taktik perang baru. Sebuah pelatihan para prajurit yang jauh lebih sederhana dan bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Meskipun dibeberapa posisi penting masih dipegang oleh kalangan kelas atas dan para bangsawan, taktik perang ini cukup berhasil dan diikuti oleh banyak negara lainnya yang terlibat peperangan. 

Pasukan berkuda Perancis tahun 1800-an. 

Karena dianggap usang dilibatkan dalam peperangan, juga berbagai penemuan teknologi yang lebih modern,  pasukan berkuda pun mulai berkurang, baik dalam perang dunia pertama maupun kedua. Di masa damai seperti sekarang ini, di setiap negara, pasukan berkuda masih tetap ada dan dibutuhkan dalam tugas – tugas tertentu, seperti: menjaga ketertiban umum atau petugas khusus dalam upacara kenegaraan. 

Di Italia, para kuda pun memiliki banyak kegiatan khusus dan menarik setiap tahunnya. Mereka masih dilibatkan dalam Festival Kuda Nasional, ikut serta dalam pesta rakyat "palio", lomba pacuan kuda dan kegiatan lainnya. Salah satu  yang  menarik adalah kegiatan yang disponsori oleh “Gruppo Italiano Attacchi”(GIA). Organisasi yang dibentuk tahun 1974 di kota Bergamo, untuk melestarikan tradisi "Attacchi” (bhs Inggris: combined driving), perlombaan  menggunakan kereta kuda yang  ditarik oleh kuda tunggal atau lebih.  

Attacchi” di kota Verona.

Kota Verona atau kota “ Romeo dan Juliet", adalah salah satu kota pariwisata di Italia yang rutin menggelar acara ”Attacchi”. Tahun ini acara bertema “Sfilate di Carrozze e Balli dell’800” akan digelar tanggal 7 oktober 2018 di Sigurtà Park kota Verona. Sebuah tema yang akan membawa kita ke suasana abad -19, baik dari sisi kereta kuda, tarian maupun permainan-permainannya

Karena berbentuk pesta rakyat, pasti banyak orang akan berpartisipasi di dalamnya. Jadi jika teman-teman akan berkunjung ke kota Verona, Venice dan sekitarnya di bulan Oktober nanti, pastikan datang ke acara ini. Karena selain unik dan menarik, acara ini juga tidak memungut biaya sama sekali. Arrivederci…. 

Trailer kegiatan 'Gruppo Italiano Attacchi' di kota Verona: 


Sumber :
http://www.giovannidesio.it/articoli/cavallo%20e%20guerra/cavallo.htm

No comments:

Post a Comment

More articles

Holocaust Memorial Milan.

Other posts