Friday, August 31, 2018

Budaya ngopi di Italia.


Awalnya saya tidak begitu tertarik dengan minuman yang satu ini malah seringkali menghindarinya. Lama kelamaan semuanya berubah sejak seorang teman yang baik hati selalu mengajak saya pergi ke cafe ( “bar” lebih umum di sini namanya). Sambil menikmati secangkir kopi dan sepotong kue, saya asyik mendengarkan cerita tentang pengalaman dan kecintaannya pada kopi. Melalui ini, wawasan saya tentang kopi pun bertambah. Cerita-cerita itu kemudian saya rangkai menjadi sebuah artikel, sebagai lanjutan dari artikel tentang “sejarah kopi di Italia” yang pernah saya tulis sebelumnya.

Meskipun bukan negara produsen kopi, Italia termasuk salah satu negara dengan konsumen kopi terbesar di dunia. Masyarakat di sini juga bangga disebut sebagai bangsa penikmat kopi bahkan menjadikan minum kopi bagaikan budaya sendiri. Penasaran bukan ? dan teman saya menjawabnya dengan penuh semangat.

Sekitar abad ke-18, di Italia pergi ke bar adalah kegiatan yang hanya biasa dilakukan oleh kaum bangsawan dan intelektual. Mereka berkumpul untuk bertukar pikiran atau ide, membaca koran atau berdiskusi berbagai topik hangat yang terjadi saat itu. Tapi banyak juga yang datang sekedar menikmati berbagai macam kue dan minuman, salah satunya kopi , minuman baru yang datang dari timur. 

Salah satu ruangan cafe legendaris di kota Turin. 

Kebiasaan itu berlanjut sampai saat ini, bedanya sekarang pergi ke bar tidak dibatasi oleh status sosial dan pendidikan, siapapun boleh melakukannya. Minum kopi bersama-sama memang terasa lebih nikmat dibanding minum kopi sendiri di rumah. Selain cara penyajiannya yang singkat, masing-masing bar di sini juga kadang mempunyai ciri khas rasa kopi tersendiri. Itu juga menjadi salah satu alasan mengapa bar-bar di Italia selalu ramai dikunjungi tanpa mengenal musim. 

Saya pernah bergabung dengan para opa dan oma yang berkumpul di sebuah cafe. Sambil minum kopi atau membaca koran, perbincangan mereka kadang-kadang diselingi gelak tawa dan canda ria. Banyak topik yang mereka bicarakan, seringnya tentang pengalaman hidup mereka atau usaha mereka mewujudkan cita-cita yang belum tercapai. Mereka juga sangat bijak dalam menjaga kesehatannya, termasuk alasan mengapa mereka minum kopi. 
Sebuah penelitian menyatakan, kopi juga boleh dikonsumsi oleh para lanjut usia. Mereka disarankan untuk minum kopi sekali dalam sehari, karena kopi bisa mengurangi alzheimer dan menjaga kesehatan jantung. Asalkan kopi yang diminum adalah kopi tanpa kafein , kopi tanpa gula atau gula alami seperti gula stevia. 

Stevia adalah nama tumbuhan hijau berasal dari Paraguay, mempunyai ketinggian maksimal setengah meter dan memiliki lebih dari 159 spesies. Sedangkan jenis Stevia yang cocok untuk dijadikan sebagai bahan dasar gula ini adalah jenis Stevia Rebaudiana, sebuah nama yang dipakai untuk mengabadikan Rebaudi, penemu dari pemanis alami ini pada tahun 2011.

Pemanis pengganti gula dari tumbuhan Stevia Rebaudiana. 

Seni adalah sesuatu yang sangat dikagumi di sini, bagi masyarakat Italia berbicara tentang kopi artinya berbicara tentang seni secangkir kopi. Secangkir cappuccino, caffè latte, latte macchiato, caffè lungo, caffè al ginseng, il marocchino ( kopi Maroko : dengan busa susu dan cokelat). Belum lagi variasi-variasi yang lain : caffè tanpa kafein, caffè gandum dan masih banyak lagi. Semuanya tentang seni, seni dalam meracik dan mengukur komposisi yang pas, kemampuan melukis berbagai gambar diatas cappuccino salah satu contoh seni juga.

Penyajiannya juga tidak lepas dari yang namanya seni, cangkir-cangkir keramik dengan design yang unik dan berbagai ukuran. Suasana ruangan dengan berbagai aksesorisnya, meja ditutupi taplak meja bermotif cantik yang senada dengan motif tissu, belum lagi berbagai kue yang ditawarkan . Di beberapa bar terkenal seperti cafe Florian di kota Venice, sering menampilkan pagelaran musik untuk menghibur para pengunjung. Di Italia kopi dan seni memang gak bisa dipisahkan.

Tanggal 8 juni 2018 kemarin, kami juga sempat mengunjungi museum kopi ”Lavazza” di kota Turin. Museum yang baru diresmikan dengan sebuah tema “ Kopi selalu menjadi awal dari sesuatu “ menceritakan tentang perjalanan kopi yang dikelola oleh keluarga Lavazza lebih dari 120 tahun.

Museum yang beralamat di jalan Bologna, 10152 kota Turin ini juga dibuka untuk masyarakat umum. Di buka dari hari rabu – minggu, jam 10.00 -18.00 dengan harga tiket masuk yang bervariasi. Secangkir kopi interaktif akan menyambut para pengunjung yang datang tepat di depan pintu masuk museum ini. 

Galeri-galeri di dalam museum juga menggunakan sistem multimedia yang kaya dengan teks yang menggugah hati dan mampu menginspirasi siapapun yang datang. Begitupun dengan dinding-dindingnya, penuh dengan memori perusahaan yang dipamerkan melalui berbagai dokumen, cerita dan gambar.

Salah satu galeri di museum “Lavazza”. 

Dari berbagai macam tipe mesin kopi yang ada, moka adalah mesin yang paling banyak di gemari di Italia. Selain suara yang sangat jelas dan khas, mesin ini mampu membuat harum kopi memenuhi setiap sudut ruangan rumah, bahkan mungkin sampai ke rumah tetangga. Apalagi saat pagi hari dimana anggota keluarga harus mempersiapkan diri beraktifitas, suara moka kopi sangat membantu membangunkan seluruh anggota keluarga untuk sarapan pagi bersama.

Ketika teman saya bertanya apa alasan saya minum kopi , sayapun menjawabnya dengan sedikit ragu, haruskah ada alasan ? Jika ingin merasa rileks , untuk sebuah kesenangan, bersosialisasi, berbagi cerita atau untuk mendapatkan kembali energi yang hilang setelah bekerja. Tapi bagi saya , apapun alasannya, kopi tetap saja membuat saya iri. Sama-sama sebagai pendatang tetapi kopi begitu dicintai dan dibanggakan masyarakat di sini.

Moka caffè. 

Mungkin karena filosofinya: kopi mampu menciptakan kesetaraan status sosial dan perekat hubungan antar manusia. Kopi juga bisa menjadi bagian dari mereka yang mencintai teknologi tapi dekat dengan mereka yang memuja seni. Jika diminum dengan bijak, kopi juga bermanfaat untuk kesehatan. sebuah filosofi kopi yang menginspirasi saya untuk berusaha lebih giat lagi, supaya bisa diterima dengan tangan terbuka.

Diakhir obrolan tentang kopi, kami berdua membicarakan sebuah angan-angan. Suatu saat kami berdua ingin sekali minum kopi di negeri kopi. Sebuah negeri dimana kopi berasal, ditanam, dirawat dan diolah sampai menjadi minuman. Supaya kami juga bisa mendengarkan cerita yang lain, yang lebih berwarna, yang kaya akan tradisi dan budaya di lingkungan dan kebiasaan dari orang-orang yang mengkomsumsinya. Arrivederci…

Trailer museum “Lavazza” :






2 comments:

  1. Saya dlu pas SMP suka bgt kopii, gra2 punya maag trus gak pernah minum... pas di italia juga nggak sempet ngerasain kopinya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dulu saya juga gak begitu suka ngopi, pas di sini kl ketemuan dengan teman - teman sukanya ngobrol sambil ngopi, jadinya keterusan hehehe

      Delete

More articles

Holocaust Memorial Milan.

Other posts