Thursday, September 13, 2018

Trekking di kawasan “Puez Odle” Dolomiti, Italia.


Biasanya kami sekeluarga trekking di pegunungan Alpen perbatasan Italia – Swiss. Tapi untuk musim panas kali ini, kami ingin merasakan suasana alam di tempat yang lain. Kami pun sepakat untuk menjajal pegunungan Alpen timur di perbatasan Italia - Austria. Di sebuah tempat yang bernama “Parco Naturale Puez-Odle”, kawasan hutan lindung dengan gugusan pegunungan khas “Dolomiti”.

Taman natural ini memiliki luas sekitar 141.903 hektar, meliputi tiga wilayah: Trentino Alto Adige, Veneto dan Friuli Venezia Giulia dan lima provinsi: Trento, Bolzano, Belluno, Pordenone dan Udine juga beberapa kotamadya: Corvara, dataran tinggi Badia, San Martino Badia, Funes, Ortisei, Santa Cristina dan Selva di Val Gardena ( lembah Gardena). 

Dolomiti terlihat dari jauh.

Juga memiliki delapan belas puncak gunung dari: gugusan pegunungan Puez-Odle, pegunungan Plose-Putia, dataran tinggi Puez dan gunung Sassongher atau Dolomiti (tinggi 2.665 m). Ada juga dataran tinggi “L'alta via n. 2” atau disebut juga “ jalan legenda” , jalan yang di mulai dari daerah Bressanone sampai di Feltre pegunungan ini. 

Kawasan ini memang penuh dengan legenda sejarah pertikaian antara Italia, Jerman dan Austria. Sebuah kawasan yang subur dan kaya akan hasil bumi dari pertanian dan peternakan. Maka gak heran jika daerah ini selalu menjadi rebutan para penguasa sejak dahulu.

Sampai kini jejak- jejak mereka masih terasa dalam kehidupan masyarakat di kawasan ini. Papan – papan petunjuk jalan dan bahasa komunikasi diantara mereka masih mengunakan dua bahasa, bahasa Jerman dan bahasa Italia. Begitupun dengan perbedaan budaya yang ada, tapi mereka bisa hidup berdampingan. 

Sassongher atau Dolomiti.

Suku Rhaetian adalah penduduk asli daerah ini pada mulanya, kemudian ditaklukan oleh bangsa Romawi pada abad 15 SM. Sejak kejatuhan Imperial Romawi, kawasan ini beberapakali berganti penguasa dari: kerajaan Italia Odoacre, Bizantium, kerajaan Jerman, kerajaan Austria dan kembali lagi ke Italia setelah perang dunia pertama. 

Dari sudut pengetahuan alam, taman ini memiliki semua lapisan bebatuan khas Dolomiti, seperti pegunungan kapur, gletser dan pegunungan batu dalam berbagai bentuk. Pemandangan alamnya juga bervariasi: desa – desa yang unik, lembah yang hijau, padang rumput, danau, sungai dan hutan dengan berbagai jenis pohon di dalamnya.

Jalan tol A22 Milan- Brennero.

Jaringan Ekologi Eropa Natura 2000 juga berpusat di kawasan ini, sebuah kerjasama negara - negara di Eropa untuk melindungi habitat alami dan semi-alami spesies hewan dan tumbuhan. Karena faktor – faktor seperti yang disebutkan diatas tadi, sejak musim panas 2009 daerah ini masuk dalam perlindungan Warisan Dunia UNESCO. 

Parco naturale Puez-Odle menawarkan banyak sekali kegiatan menarik. Menyediakan bis – bis yang akan membawa kita menikmati desa – desa pertanian dan peternakan, kereta gantung yang membawa kita sampai ke salah satu puncak gunung, bersepeda gunung, trekking, di waktu – waktu tertentu kita juga bisa bermain ski dan kegiatan – kegiatan lainnya. 

Karena banyak yang bisa dilakukan di tempat ini, para turis yang datang, biasanya tidak cukup sehari berada di tempat ini. Maka hotel dan penginapan pun banyak bertebaran di kawasan ini dengan berbagai pilihan dan penawaran tentunya.

Untuk sampai di tempat ini dari kota Milan, kita bisa naik bis umum atau kereta api yang menuju kota Brennero atau Brenner ( bahasa Jerman). Jangan lupa kita harus turun di kota Bolzano. Dari kota inilah kita harus menentukan kegiatan apa yang ingin kita lakukan, sehingga kita bisa mengetahui transportasi apa yang harus kita naiki selanjutnya. 

Kota kecil Santa Magdalena.

Karena membawa kendaraan sendiri dari kota Milan, kami mengambil jalan tol A22 atau jalan tol Milan-Brennero. Menempuh perjalanan lebih dari 4 jam dengan jarak kurang lebih 302 km. Kendaraan kami pun keluar di pintu gerbang tol Bolzano utara, menuju kota kecil Santa Magdalena. 

Setelah memarkir kendaraan, kami mulai mempersiapkan segala keperluan dan perlengkapan trekking. Setelah semuanya siap, kami menunggu bis kecil yang akan membawa kami ke halte terakhir di kaki gunung terdekat. Melewati jalan yang sempit, menanjak dan berkelok-kelok, akhirnya kami pun sampai di tempat tujuan. Pendakian kami pun dimulai. 

Lebih dari 33 jalur pendakian ada di kawasan ini. Dari jalur yang paling berat sampai jalur yang paling ringan. Karena memiliki banyak waktu, kami sekeluarga memilih jalur sedang yaitu jalur pendakian Genova. Jalur ini sudah ada sejak tahun 1898, jalannya mendaki sampai ketinggian 2297 m, tapi nantinya kita bisa melihat pegunungan Dolomiti dari dekat. 

Salah satu jalur trekking.

Jalur Genova membutuhkan waktu sekitar 4 jam, namun pemandangan yang ditawarkan sangat indah dan bervariasi. Diawal pendakian, beberapa rumah khas penduduk dengan halamannya yang luas masih jelas terlihat. Ada juga sapi-sapi yang berkeliaran dengan bebas dengan bunyi khas klennang ...klonneng... karena kalung lonceng kecil  yang tergantung di lehernya. Kemudian ada juga hotel kecil dan restoran yang menawarkan menu khas daerah setempat.

Semakin jauh kami berjalan, suasana alam pun berganti. Supaya tidak licin, jalan setapak yang kami lewati, terbuat dari batu kapur yang tersusun rapi. Sambil memperhatikan pepohonan di sepanjang jalan, sesekali kami juga mendengar suara gemericik air yang keluar dari bebatuan. Airnya mengalir menuju sungai yang ada di sebelah kanan jalan. Saat lelah, kami berhenti sejenak mendengarkan deru suara air yang jatuh di air terjun. 

Asyik menikmati suasana sekitarnya, seringkali kami lupa menghitung berapa bukit dan lembah yang sudah kami lewati. Apalagi saat melihat padang rumput yang luas dan  hijau,  dengan sapi – sapi  yang ramah menyapa kami. Kami pun menyempatkan diri untuk duduk sejenak di kursi – kursi kayu yang banyak tersedia di kawasan ini. Memperhatikan dengan jelas, bagaimana tingkah laku para sapi yang dibiarkan hidup di alam bebas.


Sapi di Puez-Odle.

Cuaca hari itu memang tidak berpihak pada kami. Di tengah perjalanan tiba – tiba turun hujan dengan lebatnya dan berlanjut hujan es. Keadaan yang memaksa kami untuk berhenti di sebuah rumah singgah. Menikmati makan siang, memesan secangkir teh hangat dan kue khas daerah sini strudel apel. Setelah hujan berhenti, perjalanan kami pun berlanjut. 

Hujan membuat perjalanan kami menjadi lebih berat. Jalan yang harus dilalui menjadi licin dan becek. Banyak sungai yang meluap dan airnya meluber menutupi jalan. Hujan juga membuat suasana menjadi sepi. Biasanya kami berpapasan dengan pendaki yang lain dan saling menyapa. Hanya suara gemuruh air sungai yang setia menemani perjalanan pulang kami, sampai tiba di tempat penginapan.

Meskipun segala sesuatunya sudah kami persiapkan dengan baik, tetapi kuasa alam kadang tidak bisa diprediksi. Namun kami tidak menyesalinya malah menikmatinya. Merasakan titik – titik air hujan yang jatuh ke bumi, saat kita berada di atas gunung yang tinggi, sungguh suatu pengalaman yang sangat berarti bagi kami. Sampai jumpa tahun depan Dolomiti, semoga kami bisa kembali lagi ke sini.  Arrivederci…

Trailer Dolomiti :




No comments:

Post a Comment

More articles

Holocaust Memorial Milan.

Other posts