Wednesday, September 26, 2018

Verona, kota Romeo dan Juliet nan romantis




Berawal dari kisah yang ditulis oleh Luigi da Porto dari Vicenza, kemudian Shakespeare menjadikannya sebuah karya abadi, yang menjadikan Verona salah satu tempat paling dicintai dan paling banyak dikunjungi di dunia. Kota para pecinta, tempat di mana kisah malang sepasang kekasih “Romeo dan Juliet“ itu hidup kembali. 

Kisah kasih mereka, sebenarnya masih diperdebatkan kebenarannya hingga saat ini.  Tragedi romantis sepasang muda – mudi dari keluarga bangsawan “Romeo dan Juliet“ yang saling jatuh cinta, namun terhalang karena kedua keluarga mereka bermusuhan. Akan tetapi, banyak orang tetap percaya, kalau kisah mereka benar – benar terjadi di kota ini, sekitar tahun 1303 di masa pemerintahan Scaligeri. 

Piazza delle Erbe, Verona.

Karena memiliki sejarah kota yang panjang, wajah kota Verona itu bagaikan ringkasan sejarah Italia. Keberadaannya sudah ada sejak zaman neolitikum. Dimasa kejayaan Romawi, Verona juga menjadi kota yang makmur dan memegang peranan penting, sebagai titik simpul transportasi darat dan air, untuk wilayah Italia barat dan timur, karena di lewati sungai Adige.

Setelah kejatuhan Imperialisme Romawi (Sekitar tahun 962 – 1806), di wilayah Eropa barat dan tengah, terbentuk Imperialisme baru yang bernama “Imperalisme Romawi suci”. Mulanya Imperalisme baru ini direstui oleh gereja, namun seiring berjalannya waktu, banyak terjadi perselisihan dan permusuhan, yang seringkali berujung pada pertikaian dan pertempuran berdarah dalam memperebutkan wilayah kekuasaan.

Sungai Adige. 


Di masa pertikaian itulah, pasangan "Romeo dan Juliet" hidup. Ketika  Verona diperebutkan oleh dua kekuatan besar yang saling berpengaruh. Fraksi Guelfi yang didukung oleh Gereja dan fraksi Ghibellini yang didukung oleh Imperator. Selama hampir 200 tahun, kedua fraksi inilah yang selalu bergantian menguasai kota ini, antara dinasti Montecchi dari fraksi Ghibellini dan dinasti Capuleti dari fraksi Guelfi.

Pertempuran yang paling sengit antara dua keluarga ini terjadi tahun 1325, yang memaksa keluarga Montecchi angkat kaki dari Verona, karena dianggap sebagai pengkhianat. Setelah keluarga Scaligeri berkuasa, mereka mencoba untuk memadamkan pertikaian namun usaha itu selalu gagal.

Patung Dante.

Jika kita berada di pusat kota Verona, antara sungai Adige dan via Roma, berdiri sebuah benteng yang kokoh, kastil “Castelvecchio” namanya. Kastil yang dibangun pada tahun 1354 oleh Cangrande II della Scala sebagai rumah kediamannya, namun berfungsi juga sebagai benteng pertahanan dan gudang senjata, saat perang bergejolak.

Awalnya kastil ini bernama “San Martino di Acquaro” tetapi berubah nama sejak kastil baru “Visconti” dibangun di atas bukit San Pietro tahun 1398. Di dalam komplek ini terdapat halaman luas dengan sebuah air mancur berbentuk seekor anjing, lambang kesetiaan. Sekarang kastil ini menjadi museum seni modern dan museum sipil kota Verona.

Jembatan Scaligero di atas sungai Adige.

Di belakang komplek kastil ini terdapat jembatan “Scaligero”. Jembatan sepanjang 120 meter yang berdiri diatas sungai Adige. Jembatan ini berfungsi sebagai sistim pertahanan kastil, jalan pelarian saat terkepung dan sebagai akses keluar masuk barang-barang dari lembah Adige. Selama perang dunia ke-II, jembatan ini sempat hancur di bom oleh Jerman, kemudian dibangun kembali dengan menggunakan batu-batu yang ditemukan di tepi sungai Adige.

Bangunan lainnya yang menarik adalah Arena, sebuah amfiteater Romawi yang terletak di jantung kota Verona. Arena juga menjadi salah satu simbol kota ini, setelah Romeo dan Juliet. Bangunan ini tersusun dari batu - batu Valpolicella bernuansa merah dan murah muda, yang sampai kini masih berdiri kokoh karena restorasi yang terus menerus dilakukan sejak abad ke-17.


Castelvecchio.

Arena termasuk amfiteater Romawi terbesar ketiga di Italia, setelah Koloseum dan Amfiteater Capua. Karena bentuk elipsnya, bangunan ini mampu menampung sekitar 20.000 penonton dan di setiap musim panas, tempat ini sering dijadikan tempat pagelaran festival opera dan musik International.



Rumah Juliet Capuleti juga salah satu tempat yang wajib dikunjungi di kota ini. Rumah ini sudah beberapa kali berganti kepemilikan: pernah menjadi rumah sakit, apotik, hotel dan restoran. Baru pada tahun 1937 – 1940 atas perintah Antonio Avena sebagai kepala museum Verona, di restorasi menjadi bangunan bernuansa abad pertengahan. Termasuk juga restorasi balkon Juliet yang mengunakan marmer abad ke XIV, yang diambil dari museum Castelvecchio.

Juliet Capuleti lahir dari Dinasti Capuleti yang berasal dari Brescia, sebuah kota yang berdekatan dengan Verona. Dinasti ini dikenal sejak keluarga Scaligeri menguasai Verona dan berkuasa dari tahun 1262 sampai tahun 1387. Sebuah keluarga yang kaya raya, memiliki banyak tanah, menguasai bidang perdagangan juga berperan dalam politik kekuasaaan saat itu dan didukung oleh fraksi Guelfi.



Arena.


Rumah Romeo Montecchi juga tidak jauh letaknya dari rumah Juliet. Bangunannya masih terlihat utuh, dan tidak ditinggali siapapun sejak keluarga Montecchi dipaksa angkat kaki dari Verona. Di dinding rumah ini terdapat relif yang menggambarkan pengusiran Romeo dari Verona.

Dinasti Montecchi adalah dinasti murni dari Verona dan pendukung setia fraksi Ghibellini dalam dunia perpolitikan saat itu. Dinasti ini juga kaya raya, sejak zaman Imperialisme Romawi, mereka telah menguasai agen perdagangan antar provinsi, menguasai banyak jalur perdagangan yang menjual barang - barang yang berasal dari wilayah Verona dan sekitarnya.

Meskipun berada di pusat kota Verona yang ramai, suasana kedua rumah itu terlihat sebaliknya. Dinding dan arsitektur keduanya seakan memberikan kesan, begitu hebatnya perselisihan dan perseteruan mereka dalam memperebutkan kekuasaan masa itu.


Rumah keluarga Capuleti.

Tidak jauh dari rumah mereka, di dalam sebuah biara terdapat makam Juliet. Biara yang biasa digunakan sebagai tempat tinggal biarawan Capuchin yang bertugas di abad ke-13. Dan sekarang tempat ini menjadi museum affreschi G.B. Cavalcaselle.

Imajinasi Shakespeare memang hebat, lewat kisah Romeo dan Juliet, terlepas apakah fakta atau fiksi, menjadikan kota Verona hidup dan dikenang. Juga menjadi simbol kota romantis dan pengorbanan cinta yang tulus. Meskipun diakhir ceritanya menjadi sebuah tragedi, mereka berdua mengakhiri hidupnya hanya karena kesalah pahaman.

Namun tetap ada pelajaran yang bisa diambil, karena setelah mereka berdua tiada, kedua keluarga menyadari kesalahannya dan hidup berdamai hingga kini. Namun tanpa kisah cinta merekapun, sebenarnya Verona akan tetap menjadi kota romantis.

Rumah keluarga Montecchi.

Kota dimana kita bisa merasakan kegelisahan seseorang yang menanti kekasih pulang dari tugas negara, sambil berjalan di atas jembatan Scaligero dan sesekali melepaskan pandangan ke arah sungai Adige , yang luas dan panjang seakan tanpa batas.

Atau merasakan bagaimana bahagianya saat sang pria idaman tiba – tiba menyatakan cintanya di panggung Arena , kemudian bertekuk lutut, memberikan seikat bunga dan menunggu sebuah jawaban dihadapan ribuan penonton yang hadir.

Atau merasakan detakan jantung yang kuat karena berharap sang Pangeran yang datang, saat mendengar suara kaki kuda yang berlari kian mendekat, menuju ke arah benteng Castelvecchio atau seperti Juliet, merasakan kekecewaan yang begitu dalam, setelah penuh kesabaran menunggu di atas balkon, tetap saja kekasih yang dinanti tidak kunju
ng datang. Arrivederci…


Trailer kota Verona :




Tuesday, September 25, 2018

Bukit suci simbol kota Varese, Italia.


Di hari sabtu yang cerah, saya kedatangan tamu istimewa, seorang teman dari Indonesia, yang sedang bertugas di kota Milan. Sudah menjadi kebiasaan jika ada teman yang datang, kami selalu mengajaknya mengunjungi suatu tempat, di daerah dimana kami tinggal. 

Karena kesibukannya, kami sepakat untuk mengunjungi suatu tempat yang mudah dijangkau dari kota Milan. Sebuah bukit yang indah dan terkenal di provinsi Varese, yang sudah ada berabad-abad yang lalu. Bukit yang sekarang menjadi simbol kota Varese dan dikukuhkan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2003. 

Bukit itu bernama bukit Sacro Monte atau bukit suci, dibangun dari tahun 1604 sampai tahun 1698. Disebut bukit suci, karena tempat ini merupakan tempat ziarah penganut Katolik sejak abad pertengahan. Sebuah kompleks yang memiliki empat belas kapel, yang berbaris mengikuti jalan lebar berbatu dan berkelok- kelok, menaiki bukit sepanjang 2 km, menuju kapel ke lima belas Santa Maria del Monte, yang berada tepat di puncak bukit ini.


Untuk sampai di tempat ini, ikuti apa yang teman saya lakukan tadi. Naik kereta api dari stasiun kereta api sentral Milan atau dari stasiun Porta Garibaldi Milan menuju kota Varese. Tepat di depan stasiun kereta api Varese, ada sebuah halte bis, salah satu bis yang lewat di halte ini bertuliskan “C” (Prima Cappella - Sacro Monte), itu artinya bis ini menuju bukit Sacro Monte. Jangan lupa siapkan uang recehan yang banyak, karena pembayaran transportasi di bukit Sacro Monte menggunakan mesin otomatis tanpa uang kembalian.

Karena bukit ini dikelilingi oleh hutan dengan berbagai jenis tanaman, pemandangan indah langsung terlihat, sejak pertama kali kami menginjakkan kaki di tempat ini. Saat musim semi ketika pohon-pohon mulai menghijau dan berbunga, atau di musim gugur ketika warna dedaunan mulai berubah beraneka warna.


Salah satu kapel dengan latar belakang desa Santa Maria Monte.

Meskipun jalan mendaki, berjalan santai sambil ngobrol banyak hal tentang Indonesia , membuat kami tidak merasa lelah. Kapel-kapel yang kami lewati di setiap kelokan, kadang  membuat penasaran, memaksa kami untuk singgah dan melihat apa yang menarik di dalamnya. Tak terasa, satu demi satu kapel pun terlewati. Satu jam sudah kami berjalan, tibalah kami di puncak bukit Sacro Monte.

Bukit ini memang menawarkan pemandangan yang indah. Dari puncak bukit ini terlihat rangkaian pegunungan Alpen dan Pra Alpen, hingga perbatasan laut Liguria. Apalagi jika hari cerah, dari sebelah selatan bukit ini, profil kota Milan, Novara, Vercelli, bandara Malpensa dan danau-danau di sekitarnya, bisa terlihat dengan jelas. 

Pemandangan dari puncak bukit Sacro Monte 

Kami menyempatkan diri berkeliling di sebuah desa kecil di bukit ini,  desa yang sudah ada dari  zaman kuno. Desa Santa Maria del Monte, awalnya  sebuah tempat pelindungan dari pertikaian yang terjadi waktu itu. Sejak tahun 1927 menjadi salah satu kotamadya di provinsi Varese. 

Rumah-rumah penduduk di kota kecil ini, dibangun berdampingan satu sama lain. Di bawah rumah-rumah, dibangun terowongan yang bisa kami lewati, dari satu tempat ke tempat lainnya. 

Di tempat ini juga, ada sebuah restauran legendaris ”Borducan”. Selain menawarkan menu makanan yang istimewa, kita juga bisa menikmati  pemandangan kota Varese dan sekitarnya, jika dilihat dari ketinggian. Kemudian ada dua museum yang dibuka untuk umum,  yaitu: museum Baroffio dan museum Pogliaghi

Salah satu terowongan.

Salah satu museum yang sempat kami masuki adalah museum Lodovico Pogliaghi. Museum yang terletak di ujung jalan Bukit Suci ini, awalnya adalah rumah pribadi Lodovico Pogliaghi, sekaligus tempat beliau bekerja sampai akhir hayatnya. Di museum ini dipamerkan lebih dari 1500 koleksi-koleksi Louis Pogliaghi, berupa: lukisan, patung, seni terapan dan sekitar 580 objek arkeologi. Salah satu museum disini bisa dilihat di video yang ada di bawah artikel ini. 

Perjalanan kami belum selesai sampai disini, masih ada satu tempat yang ingin kami kunjungi. Setelah makan siang dan minum secangkir kecil kopi di sebuah restauran di atas bukit, perjalanan kami pun berlanjut. Menuju bukit di sebelah utara bukit Sacro Monte,  karena disana, ada sebuah Observatorium Astronomi. 

Observatorium Astronomi di Campo dei fiori.

Observatorium Astronomi "G.V.Schiaparelli” berada di ketinggian 1230 m. Didirikan oleh Salvatore Furia pada tahun 1956, di sebuah daerah yang bernama “Campo dei Fiori" (taman bunga-bunga). Observatorium ini dengan tiga kubahnya merupakan pusat ilmiah internasional yang berfokus pada spektroskopi bintang dan pemantauan asteroid yang berbahaya bagi planet bumi. 

Sejak tahun 1960 observatorium ini juga menjadi titik referensi regional untuk meteorologi dan menjadi pusat perlindungan & pelestarian keanekaragaman hayati. Dan untuk melengkapi pelajaran ilmu pengetahuan alam, hampir semua sekolah di wilayah Piedmont dan Lombardy, diwajibkan mengunjungi tempat ini.

Karena hari sudah sore, kami memutuskan pulang dengan menaiki transportasi yang lebih cepat dengan tiket yang tersisa. Kami menggunakan funicular (mirip kereta gantung) dari bukit Sacro Monte melewati lembah Vellone yang indah. Hanya perlu waktu 2 menit saja, kami langsung tiba di halte bis yang akan membawa kami ke stasiun kereta api dan pulang ke kota Milan. 


Funicular di bukit Sacro Monte 

Sebenarnya masih banyak hal yang bisa dilakukan di tempat ini tapi jangan kuatir saya akan ceritakan perjalanan selanjutnya dengan teman saya yang lain di waktu yang lain tentunya. Jika hari ini saya mendapatkan oleh-oleh makanan Indonesia yang saya suka, teman saya juga menjadikan perjalanan ini sebagai oleh-oleh. 

Sebuah perjalanan tentang lingkungan, sejarah, kultur, olahraga juga spiritual yang nantinya bisa dibagikan ke teman-teman yang lain di Indonesia. Karena bagi saya berbagi hal-hal yang positif itu sangat menyenangkan, yang baiknya kita ambil untuk membangun dan yang berbeda kita hargai sebagai suatu warna yang lain karena dunia ini memang penuh warna yang berbeda. Arrivederci..

Trailer museum Baroffio di bukit Sacro Monte :

Sumber :
http://www.varesefunicolari.org/smonte/smonte.html

Sunday, September 23, 2018

Sejarah Vespa Piaggio

 Foto: Arsip Museum Piaggio

Kelahiran Vespa bagaikan membuka lembaran baru dalam perjalanan sejarah perusahaan “Piaggio”. Setelah perusahaan yang dibangun selama 60 tahun, hancur lebur karena perang dunia kedua. Ide pun muncul, ketika Enrico Piaggio harus menciptakan lapangan kerja baru bagi dua belas ribu karyawan yang bergantung padanya, sekaligus ingin berkontribusi untuk mengatasi kesulitan negara dalam hal transportasi.

Enrico Piaggio pun mengambil keputusan yang berani, dengan memilih skuter sebagai sarana transportasi yang sederhana, kuat dan ekonomis, cocok untuk semua orang, termasuk wanita. Enrico pun meminta perancang brilian, Insinyur Corradino D'Acanio, untuk membantu mewujudkannya. 

Pria kelahiran Popoli 1 Februari 1891, memang dikenal jenius sejak kecil. D'Acanio kecil sering mengamati gerak-gerik burung di sekitar rumahnya, memperhatikan bentuk sayapnya dan gerakannya saat terbang. Di usia 15 tahun, putra dari pasangan James dan Anna De Michele, masuk ke sekolah penerbangan pemula “primo volo dei fratelli Wright”.

 Corradino D'Ascanio. ( foto:arsip Museum Piaggio).

Setelah masuk Institut Teknik “Ferdinando Galliani”, kemudian meraih sarjana tehnik indutri dari Politeknik Turin tahun 1914, ia bekerja sesuai dengan keahliannya “aeronautika”, di Italia, Perancis dan Amerika. Pada tahun 1925, bersama dengan Baron Pietro Trojani, D'Acanio mendirikan perusahaan yang merancang prototipe helikopter pertama di dunia.

Namun perang dunia menghapus mimpi dan cita-citanya, perusahaannyapun terpaksa tutup. Pada tahun 1946, Enrico Piaggio mengajaknya bekerjasama. Dengan memanfaatkan pengalaman yang diperoleh di bidang penerbangan, lahirlah vespa, skuter yang memberi Corradino D'Acanio ketenaran dan kesuksesan.

Mengapa namanya vespa ? konon itu itu ucapan spontan Enrico Piaggio ketika pertama kali melihat kendaraan aneh yang dirancang oleh Corradino d'Ascanio : “sembra una vespa! ( artinya: terlihat seperti seekor lebah), karena dari deru suara mesinnya dan bentuknya jika dilihat dari atas , memang mirip seperti lebah.

Mirip seekor lebah/tawon. (Foto: Arsip Museum Piaggio)

Namun menurut Corradino D’Ascanio, kendaraan rancangannya itu “una moto per tutti", selain murah, vespa bisa dipakai semua orang. Dari bentuknya, memungkinkan siapa pun bisa duduk dengan nyaman, pakaian apapun akan aman dan tidak akan kotor, karena mesin motor jauh dan tertutup.

Pada 23 April 1946 vespa dipatenkan dan produksipun dimulai. Karena beberapa masukan, di tahun pertama pembuatannya, vespa melakukan banyak perubahan. Tahun 1947 penjualannya mulai meningkat dan untuk memenuhi permintaan dari seluruh dunia, Piaggio membangun pabrik baru di 13 negara.

Tahun 2018, genap 72 tahun vespa berkarya, jejaknya bertebaran di banyak museum di Italia dan Amerika. Ada museum vespa “Bici Baci” di Roma, museum vespa Nicolis di Villafranca Verona, museum vespa Macist di Biella di Triennale Design Museum Milan dan beberapa kota lainnya. Tapi museum yang baru direnovasi dan diresmikan April tahun ini, adalah museum Piaggio di jalan  Rinaldo Piaggio no, 7 kota Pontedera, provinsi Pisa.


Enrico Piaggio. ( Foto: Arsip Museum Piaggio)

Museum Piaggio didedikasikan untuk kendaraan roda dua dan semua hasil karya Group Piaggio, dari sejak perusahaan ini berdiri tahun 1884. Memiliki bangunan seluas 5000 m2, yang dilengkapi dengan 250 ruang pameran. Termasuk salah satu museum terbesar dan terlengkap di Italia dan dibuka gratis untuk umum, dari hari Selasa – Sabtu, pukul: 10.00 - 18.00. 

Dari pintu masuknya saja, kita bisa langsung menyimpulkan, jika museum Piaggio merekam semua jejak sejarah Piaggio dalam membangun industri transportasi : kapal, kereta api, pesawat terbang, mobil, skuter dan sepeda motor. Ini juga bisa menjadi bukti, jika Piaggio dan Italia telah berkontribusi di bidang teknologi dan inovasi untuk sejarah Eropa dan dunia. 

Perusahaan Piaggio lahir pada tahun 1884, di Sestri Ponente, di pinggiran industri Genoa, di sebelah galangan kapal Odero dan dengan cepat menjadi perusahaan furnitur angkatan laut yang paling dicari. Rinaldo Piaggio (1864-1938), baru berusia 20 tahun, ketika ia menandatangani akta pendirian Perusahaan Rinaldo Piaggio pada 10 Oktober 1884. Setelah tiga tahun menjalankan usahanya, pada 14 September 1887, ia mengubah perusahaan menjadi Piaggio & C.

Museum Piaggio, Pisa. (Foto: Arsip Museum Piaggio)

Rinaldo pun melanjutkan petualangannya, dengan terjun di sektor konstruksi alat transportasi seperti kapal laut dan kereta api. Pada tahun 1917, Piaggio pun masuk ke sektor aeronautika, kemudian bus, truk, kereta gantung, tramways, sampai membangun perusahaan - perusahaannya di Addis Ababa dan Gura Afrika. Akan tetapi Perang Dunia II menghancurkan semuanya.

Berkat fenomena vespa, nama Piaggio pun kembali terangkat. Fenomena sosial yang menjadikan vespa identik dengan kebebasan, kendaraan para pekerja dan kendaraan untuk bersantai, membuat vespa dengan cepat dikenal luas di pasar Italia. Pada tahun 1950, vespa juga hadir di Inggris, Jerman, Spanyol, dan Prancis. Pada tanggal 23 Oktober 1949, berdiri Vespa Club d’Italia dalam Kongres Nasional pertamanya di kota Viareggio.



The Vespa Club Europa didirikan di Milan pada tanggal 8 Februari 1953, atas prakarsa Renato Tassinari dengan persetujuan para delegasi yang mewakili Vespa Club d’Italia dan beberapa negara di Eropa. Sedangkan The Vespa World Club (VWC), federasi dunia dari semua club vespa resmi didirikan tahun 2006. Sebuah organisasi yang bertugas mengkoordinasi dan mendukung setiap kegiatan asosiasi Vespa Club Nasional dan International , seperti Hari Vespa se-Dunia, Hari Vespa, berbagai kompetisi dan lain-lain.






Vespa bermotif sapi 2001.( Foto: arsip Museum Piaggio)

Sejak tahun 1946 sampai sekarang, Piaggio dan sudah memproduksi berbagai model vespa. Yang paling unik, mungkin Vespa MP5 Paperino atau "Donald Duck" , vespa pertama yang dibuat tahun 1945. Ada juga vespa edisi spesial Francia (A.C.M.A.), vespa pertama yang digunakan untuk tujuan militer. Diproduksi dari tahun 1956 sampai 1959 dengan warna yang mirip baju militer. Vespa ini digunakan pasukan Perancis, sebagai kendaraan taktis ringan untuk mengangkut perlengkapan senjata di masa perang Vietnam. 

Model vespa yang terlucu adalah VESPARTE 2001, terinspirasi dari pemenang kedua kompetisi antara seni dan design yang diadakan Piaggio tahun 2001. Sebuah simbol sapi yang gila dengan vespa: demam untuk kecepatan, haus akan kebebasan, gila akan keceriaan hidup. Sedangkan vespa dengan warna terindah adalah vespa 150 PX Tricolore ( tiga warna bendera Italia), yang diproduksi tahun 2011, dalam rangka perayaan 150 tahun penyatuan Italia.

Di masa hidupnya, D'Ascanio banyak menerima penghargaan dan hingga akhir hayatnya, tetap merawat dua ciptaan besarnya itu, vespa dan helicopter. Menghembuskan nafas terakhir tanggal 6 Agustus 1981 di kota Pisa, namun dimakamkan di samping makam istrinya, di sebuah pemakaman keluarga di kota Popoli. 

( Foto: arsip Museum Piaggio)

Kini arsip dan semua penemuan D'Ascanio di simpan dengan rapi di Arsip Negara Pescara. Sebuah warisan yang berharga untuk generasi selanjutnya, sumber ilmu pengetahuan yang bisa dipelajari oleh para siswa, sarjana dan sejarawan. Nama besarnya juga selalu terukir dalam berbagai pameran dan pertunjukkan. Dan di kota kelahirannya, Corradino D'Ascanio diabadikan dalam sebuah nama jalan utama dan museum. 

Sepertinya filosofi "la vespa", menginspirasi berbagai Club Vespa yang sudah terbentuk, antar kota, negara bahkan benua. Seperti tawon atau lebah, yang tidak bisa bekerja sendiri, tapi harus bekerjasama mengumpulkan madu sehingga terbentuk sarang madu. Dengan hobby yang sama, Vespa Piaggio telah mempersatukan berbagai perbedaan, bekerjasama, berbagi cerita dan pengalaman, tanpa  diskriminasi dan kebencian.   Arrivederci ….

Trailer museum Piaggio, Pisa Italia:

Sumber : https://www.museopiaggio.it/

Friday, September 21, 2018

Kota Vercelli, tempat lumbung beras di Eropa.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/36/Vercelli_PiazzaCavour.jpg

Kota Vercelli adalah kota yang terletak di bagian timur wilayah Piemonte, dengan jumlah penduduk kurang lebih 46.123 jiwa. Termasuk salah satu kota seni dan kultur , tetapi lebih dikenal dengan julukan "capitale europea del riso" ( ibukota beras Eropa). Sejak tahun 1908 kota ini memang menjadi kota percontohan untuk budidaya padi dan sistim irigasi, dan kini kota Vercelli menjadi salah satu pusat lumbung padi Italia juga Eropa. 

Kota ini sangat mudah dijangkau, karena letaknya berada di antara kota Milan dan Turin. Transportasi umum seperti kereta api dan bis umum juga banyak yang menuju kota ini. Kita tinggal naik kereta api dari stasiun sentral Milan menuju kota Turin yang hampir setiap jam ada. Hanya membutuhkan waktu sekitar 50 menit saja, kita sudah sampai di stasiun kereta api Vercelli di depan Piazza Roma, pusat kota Vercelli. 

Menggunakan bis umum juga sama, tinggal mencari bis dari terminal bis di kota Milan yang banyak menuju kota ini. Jika membawa kendaraan sendiri juga sama mudahnya, karena area parkir banyak tersedia di kota ini. Dari kota Milan, kita mengambil jalan tol A4 Milan – Turin, kemudian mengambil jalan provinsi SS11 dan keluar di kota Vercelli. 

Selain unik dan indah, kota Vercelli juga memiliki berbagai fasilitas lengkap yang berhubungan dengan beras. Ladang pertanian yang luas, gudang beras dengan peralatan yang lengkap, labolatorium dan beberapa lembaga penelitian di bawah Kementerian Pertanian Italia. Sehingga sangat layak jika acara “ festival del riso 2018 “ atau “festival beras 2018” diadakan di kota ini minggu yang lalu. 


Festival ini diresmikan oleh kepala pusat Agrikultur wilayah Piemonte, Giorgio Ferrero. Berlangsung selama 3 hari, dimulai dari tanggal 14 dan berakhir 16 setember 2018 di Piazza Zumaglini , pusat kota Vercelli. Meskipun festival beras pertama yang diadakan di kota ini, tetapi semua yang mereka persiapkan dan sajikan patut diacungkan jempol. Kita bisa mencicipi berbagai menu “risotto” yang lezat dengan resep traditional asli daerah setempat dan beras kualitas nomor satu dan satu- satunya di Italia, il Riso di Baraggia Biellese dan Vercellese DOP.

Kegiatan ini tidak hanya berbicara tentang beras, karena tanpa dukungan dari produksi pangan lainnya, risotto yang lezat tidak akan tersaji. Maka hadir juga perusahaan – perusahaan dengan produk berkualitas, bersertifikat dan memiliki cita rasa yang tak tertandingi. Jadi kita bisa mencicipi dan membeli berbagai jenis keju ( formaggi), daging asap ( salumi), daging segar , wine ( vino ) dan produk – produk lainnya yang asli dari wilayah itu juga.

Hasil pangan Piemontese dan Castelmagno.

Kota Vercelli pada dasarnya memiliki tipikal yang sama dengan kota – kota lainnya di Italia. Memiliki banyak piazza untuk orang – orang berkumpul dan bersosialisasi, Katedral, kantor pemerintahan (comune), restoran, museum, monumen bersejarah, pertokoan dan lain – lain. 

Menurut asal usulnya, kota ini sudah ada sejak lama, mungkin sejak zaman celtic atau sekitar abad ke-6 SM. Kemudian mereka ditaklukan oleh bangsa Romawi. Karena letaknya strategis, bangsa Romawi menjadikan kota Vercelli sebagai titik persimpangan penting untuk perdagangan dan menjadikan tempat transit untuk setiap pasukan Romawi yang lewat.

Di abad pertengahan, kota ini beberapa kali berganti penguasa yang terlibat dalam berbagai pertempuran. Pertama di bawah perintah penguasa Lombardia, kemudian terlibat dalam pergulatan antara fraksi Guelph dan Ghibellines ( fraksi yang mendukung dan tidak mendukung kePausan waktu itu). Baru pada tahun 1427 Vercelli diserahkan kepada kerajaan Savoia, sampai berakhirnya sistim kerajaan menjadi Republik Italia setelah referendum tahun 1948.

Basilika Sant’Andrea.

Monumen simbolis kota Vercelli adalah Basilika Sant'Andrea, sebuah gereja abad pertengahan bergaya Romawi-Gothic. Letaknya di Piazza Roma, tepat di depan stasiun kereta api Vercelli. Gereja ini dibangun dalam kurun waktu 6 tahun, atas perintah Kardinal Guala Bicchieri yang mulai dibangun pada tahun 1219. 

Monumen penting lainnya adalah il Castello Visconteo, kastil yang dibangun mulai tahun 1290 atas perintah Matteo Visconti. Kastil ini pernah menjadi rumah kediaman keluarga kerajaan Savoia, kemudian diubah menjadi akomodasi militer di masa kekuasaan Napoleon. Pada abad ke-19 diubah menjadi penjara, akhirnya menjadi kantor pengadilan hingga saat ini.

Beberapa museum di kota ini juga sangat menarik untuk dikunjungi, seperti: museum “Opera del Duomo”, museum Borgogna dan museum Archeologico Civico “L. Bruzza”, museum paling modern di kota ini. Bagaikan sebuah rumah bagi penggalian arkeologi yang dilakukan selama lebih dari empat puluh tahun di wilayah ini. 

Kastil Visconteo.

Hal yang menarik lainnya adalah saat kita keluar dari pusat kota Vercelli. Hamparan pesawahan luas yang mengelilingi kota dan sungai Sesia yang mengalir di salah satu sisi kota ini. Pemandangan akan terasa lebih indah, saat kita datang di masa menanam padi, air yang menggenangi area pesawahan, tampak bagaikan lautan nan luas di depan mata kita.

Masyarakat Vercelli menyebut daerahnya ini “La Strada del Riso Vercellese di Qualità”, satu kalimat namun memiliki berjuta makna. Sebuah jalan yang menjadikan produk beras di wilayahnya berkualitas. Jalan bersama untuk satu tujuan, mereka dari para petani, pemilik restoran, pengusaha hotel, museum, berbagai organisasi masyarakat dan pemerintah setempat, bersatu dan berkomitmen untuk mewujudkannya.

Sebuah jalan yang menceritakan tentang padi dan semua produksi pangan yang dihasilkan, kemudian menggabungkannya sehingga menjadi sesuatu yang diunggulkan dari wilayahnya. Jalan yang membantu memperluas cakrawala, dan yang berhasil mengubah penduduknya menjadi penjaga dan pewaris sistem kehidupan dari para pendahulunya.

Pesawahan di kota Vercelli.

Dan lewat jalan itu, mereka juga ingin berbagai ilmu pengetahuan, supaya beras tidak cukup hanya di bicarakan tapi juga harus di kenal dan menunjukkan pada dunia, bahwa pertanian dan kultur budaya bisa berjalan beriringan tanpa habis di lekang waktu.


Kota Vercelli jadi mengingatkan saya akan sebuah wilayah di Bandung timur. Wilayah dengan hamparan sawah yang luas seakan tak berujung. Dan itu masih teringat jelas dalam ingatan, saat saya berada di atas kereta api diesel ( KRD) yang membawa saya dari stasiun kereta api Bandung kota menuju Cicalengka.

Tapi itu dulu, mungkin sekitar tahun ’80-an, ketika jalan itu masih ada dan kearifan lokal masih terjaga. Saya tidak tahu kalau sekarang, karena beberapa tahun yang lalu ketika saya pulang ke kampung halaman, sudah banyak pabrik berdiri di bekas area pesawahan , dan area itu semakin menyempit setelah banyaknya perumahan. Air juga semakin sulit didapat dan sekarang rumah kami malah sering kebanjiran. Arrivederci….

Trailer “La Strada del Riso Vercellese di Qualità”:



sumber : 
https://www.facebook.com/StradaDelRisoVercellese/84383

Tuesday, September 18, 2018

Italian Air Force.

http://www.varesenews.it/photogallery_new/images/2018/05/la-bellezza-delle-frecce-tricolori-674550.610x431.jpg

Di Italia lebih dikenal dengan nama parade “Frecce Tricolori”, sebuah pertunjukkan yang sangat ditunggu masyarakat di sini setiap tahunnya. Bulan Mei yang lalu, tepatnya hari minggu 20 Mei 2018, kami sekeluarga sempat menyaksikan sebuah atraksi pesawat jet Italia  di danau Maggiore, di atas langit kota Verbania, Arona dan semua daerah indah yang menghadap ke danau ini. 

Sebuah acara yang bertema “Ali sul lago” , untuk mengajak semua orang merasakan sensasi terbang di udara. Acara dihadiri sekitar 40.000 penonton, yang datang dari kota-kota di sekitar wilayah Lombardy dan Piedmont. Cuaca hari itu memang kurang bersahabat, namun tidak mengurangi antusias masyarakat untuk tetap menyaksikan momen berharga dan spetakular ini. 


Untuk perhelatan tahun ini, kota Verbania mendapat giliran menjadi tuan rumah. Sebagai peraih penghargaan kota lingkungan hidup, Verbania memang kota dengan pemandangan yang indah. Kota yang terletak di sisi barat danau Maggiore yang dibangun sejak tahun 1939. 

Sebuah kota yang nyaman bagi kehidupan kaum borjuis sejak dahulu. Jejak - jejak mereka terlihat jelas di banyak villa yang tersebar di kota ini, seperti: villa Taranto di tanjung Castagnola dan villa San Remigio  bergaya baroque, yang masih terpelihara dengan baik hingga saat ini.

Untuk mencapai kota Verbania dan kota-kota di sekitar danau Maggiore, sebenarnya tidak sulit. Hampir semua transportasi umum dari kota - kota terdekat pasti melalui tempat ini. Tapi khusus untuk acara ini,  supaya keamanan dan kenyamanan terjaga, dua hari sebelum acara digelar, peraturan ketat mulai diterapkan.


Salah satu sudut kota Verbania.

Semua aturan panitia harus kami taati, salah satunya kami harus rela berjalan jauh, kemudian antri menunggu bis yang disediakan panitia. Bis-bis ini yang akan membawa kami ke tempat pertunjukan,  karena semua kendaraan pribadi harus diparkir di sebuah lapangan luas,  yang agak jauh letaknya dari pusat kota Verbania.

Suasana hati kami langsung berubah ketika sampai di tempat yang dituju, melihat keakraban dan canda ceria keluarga besar veteran dan militer yang masih aktif,  dengan pakaian kebanggaan yg mereka kenakan. Kegiatan ini juga biasanya menjadi acara temu kangen para veteran dan pensiunan militer beserta keluarganya. Tempat duduk merekapun disediakan secara khusus, berdampingan dengan tempat duduk para penyandang cacat, sehingga mereka bisa dengan mudah dan jelas melihat atraksi pesawat-pesawat jet nantinya. 

Dari berbagai seragam beserta atributnya, kami jadi penasaran siapa yang menjadi panitia kegiatan ini. Akhirnya rasa penasaran itu terjawab : Tim Acrobatica Nazionale Italia dengan pesawat andalannya Aermacchi MB. 339 adalah tim yang bertugas dan tampil dalam acara ini. 


Pesawat jet “Aermacchi MB. 339”.

Frecce Tricolori mempunyai nama lengkap Pattuglia Acrobatica Nazionale (Patroli Akrobatik Nasional) disingkat PAN, berdiri pada tahun 1961 sebagai bagian dari Angkatan udara Italia dan bermarkas di bandara Rivolto (UD). Sejak 1982 divisi pelatihan bersama akrobatik udara para pilotnya ini menggunakan pesawat jenis Aermacchi MB.339 A / PAN MLU yang diproduksi oleh perusahaan Italia bernama “Alenia Aermacchi”. 

Tim ini menggunakan 10 pesawat jet (termasuk dalam tim akrobatik udara terbanyak di dunia), menampilkan 20 formasi dalam waktu 20 menit di setiap pertunjukkannya. Dalam penampilannya nanti, tim ini akan melakukan atraksi yang menakjubkan melukis di udara tiga warna bendera kesayangan Italia dengan gerakan-gerakan yang akan memicu adrenalin kita.

Meskipun dalam waktu atraksi mereka begitu singkat,  tetapi karya dan penampilan mereka, baik dari segi pesawat , suara , warna dan atraksinya mampu menunjukkan kepada masyarakat yang hadir, kalau Frecce Tricolori memiliki sesuatu yang unik dan tak ada bandingannya di dunia.

Karena cuaca yang kurang mendukung dan berbagai pertimbangan, acara yang semula dijadwalkan pukul 14.00 di undur satu jam kemudian. Ada sedikit kekecewaan namun semuanya sirna setelah terdengar lagu kebangsaan Italia terdengar dengan jelas. Tidak lama kemudian pembawa acara pun mengumumkan kalau pertunjukan akan segera di mulai, dan tepuk tangan riuh pun terdengar.

Salah satu atraksi pesawat jet.

Penampilan sepuluh pesawat tim akrobatik nasional yang menakjubkan dalam waktu 22 menit membuat emosi kami bercampur baur menjadi satu. Untuk beberapa saat tidak ada kata terucap hanya kebanggaan yang tersirat di sekeliling kami. Hanya sorak sorai, tepuk tangan, saling pelukan atau berpegangan tangan. Beberapa diantara kami bahkan meneteskan air mata bahagia dan rasa bangga. 

Penampilan bersama antara Frecce Tricolori, helikopter dan perahu motor menjadi penampilan terakhir hari itu. Ini sebuah pertunjukan yang lengkap baik di udara, di air maupun di darat dengan berbagai parade angkatan darat dan stand-stand militer yang dibuka sejak pagi untuk masyarakat umum. 

Pukul 7 malam kegiatanpun usai. Pertunjukan yang memberikan kami sebuah pesan dan harapan: jika mereka ada di dekat kami dan menjaga kami. Akhirnya kamipun pulang dengan tenang dan bangga, kami menyerahkan kekuatiran kami di pundak mereka para penjaga negeri ini . 

Ketika sampai di rumah, saya merapihkan meja dan menyimpan sebuah nomor yang berharga di tempat yang mudah dilihat supaya mudah diingat. Nomor 112 adalah nomor yang akan menolong saya saat dibutuhkan dan datang segera seketika telepon saya tutup. 

Ketika siang datang dan cuaca cerah, garis-garis panjang putih dilangit biru adalah jejak-jejak mereka yang membuat saya percaya diri kemanapun saya pergi, mereka ada menjaga negeri ini . Begitupun ketika malam menjelang dan sunyi menepi, sayup-sayup terdengar raungan sirine dari jauh, suara itu membuat tidur saya semakin lelap karena ada mereka yang bertugas tanpa lelah. Arrivederci… 


Trailer “Frecce Tricolori” 2018 :





Monday, September 17, 2018

Jalan tol pertama di dunia, ada di Italia.

(Foto: Arsip Comune di Lainate).

Berawal dari pemikiran brilian Insinyur Piero Puricelli, ketika kendaraan yang beredar di jalan-jalan Italia masih sedikit, namun ia sudah memiliki wawasan jauh ke depan. Tahun 1920, pemikirannya itu dituangkan dalam bentuk ide. Bagaimana menciptakan jalan raya yang hanya bisa dilewati kendaraan bermotor saja, tanpa ada gerobak, sepeda dan pejalan kaki. Kemudian  ide keharusan membayar, untuk menutup biaya konstruksi dan manajemen jalan raya.

Setelah mendapatkan izin dari pemerintah yang berkuasa saat itu (Ivanoe Bonomi dan Luigi Facta), ide jalan raya modern pertama itu pun dimulai pembangunannya. Dikenal dengan nama jalan tol “Autostrada A8” atau “Autostrada dei Laghi” ,  diwujudkannya dalam waktu 15 bulan. 

Mengapa disebut jalan tol “Autostrada dei Laghi”? Karena pada waktu itu, jalan tol ini dibutuhkan untuk menyatukan kota Milan dengan kota-kota terdekatnya: kota Como dan Varese. Dua kawasan wisata di Italia Utara, yang memiliki danau-danau ( dalam bahasa Italia: laghi ) yang indah, yaitu: danau Como dan danau Maggiore.

Jalan tol A8 Milan - Varese.

Pada tanggal 21 September 1924, bagian pertama jalan tol Milan-Varese di resmikan di kota Lainate. Pemotongan pita dilakukan oleh Raja Vittoria Emanuele III ditemani oleh Piero Puricelli, dilanjutkan dengan konvoi kendaraan bersama para tamu dan para jurnalis. Secara keseluruhan, biaya pembangunan jalan tol pertama ini mencapai 90 juta lira, sedangkan biaya masuk jalan tol pertama adalah sembilan sen.

Dalam beberapa tahun pertamanya, jalan tol Milan-Varese-Como belum memiliki loket khusus pembayaran. Beberapa petugas berseragam akan berdiri di depan pintu gerbang dan memberi hormat pada setiap kendaraan yang keluar masuk jalan tol. Setelah kendaraan berhenti, petugas akan mengambil uang pembayaran sesuai tarif yang ditentukan.

Jalan tol  juga tidak buka selama 24 jam. Mulai dibuka pukul 06.00 pagi dan ditutup pukul 01.00 dini hari. Demikian juga dengan jalur jalan, jalan beraspal itu, hanya memiliki dua jalur, satu jalur untuk masing-masing arah.


Peresmian jalan tol pertama di dunia 1924.(Foto: Arsip Comune di Lainate)

Namun seiring berjalannya waktu, 17 loket pembayaran kemudian dibangun bersamaan dengan pembangunan 100 km jalan tol penghubung berikutnya. Beberapa ruas jalan tol baru juga mulai di bangun di beberapa wilayah Italia. 

Berkat “Autostrada dei Laghi", nama Insinyur Piero Puricelli  menjadi terkenal. Banyak teknisi dari berbagai negara mulai berdatangan ke kota Lainate. Mereka ingin mempelajarinya, kemudian membuat jalan tol di negara mereka masing-masing. 

Siapakah Insinyur Piero Puricelli ? Ia pria kelahiran Milan, tanggal 4 April 1883. Lahir dari pasangan Angelo dan Carlotta Combi, keluarga pengusaha yang berpengaruh di Italia.  Piero Puricelli  lulus tahun 1905, dari bidang teknik di Sekolah Politeknik Zurich.  Gelar bangsawan Conte dari Lomnago, membuat ia dekat dengan keluarga Savoia. Tahun 1917, Puricelli menjadi salah satu penerima gelar kehormatan dari kerajaan Italia.

Di tahun tiga puluhan, ketenaran Piero Puricelli mulai merambah ke negara tetangga. Bersama timnya, ia mampu menunjukkan kemampuannya membangun jalan tol di Jerman. Sekaligus mencoba metode barunya menggunakan paving dari lempengan beton. Namun sayang, pembangunan jalan tol sepanjang 17.000 km di Eropa tidak bisa diselesaikannya , karena pecah perang dunia II.


Insinyur Piero Puricelli. (Foto: Arsip Comune di Lainate)

Di waktu bersamaan, Piero Puricelli bersama Arturo Mercanti, direktur Automobile Club of Milan dan insinyur Alfredo Rosselli bekerja sama membangun sebuah arena sirkuit mobil “Autodromo di Monza. Pembangunan sirkut ini, di mulai akhir Januari 1922 dan  diresmikan pada tanggal 28 Juli 1922. Sirkuit yang mereka bangun, termasuk sirkuit terbesar ke tiga didunia setelah Indianapolis di Amerika Serikat dan Brooklands di Inggris.

Disepanjang hidupnya, selain memimpin perusahaan miliknya, banyak juga kegiatan yang telah dilakukannya. Dua gelar kehormatan di terimanya, pertama dari Universitas politeknik Milan tahun 1927 , yang kedua dari Universitas Politeknik Berlin tahun 1938. Insinyur Piero Puricelli meninggal di Milan pada 8 Mei 1951. Berkat ide dan karyanya yang luar biasa, ia dikenang  dengan sebuatan “Papa” dari jalan tol.

Pintu gerbang “Autostrada dei Laghi” tahun 1924.(Foto: Arsip Comune di Lainate)

Saat ini,  Autostrada dei Laghi sebagai “Ibu dari semua jalan tol” mempunyai fungsi yang sangat penting untuk Italia utara. Karena menjadi salah satu jalan tol penyokong lalu lintas yang tinggi yang menuju kota Milan dan sebaliknya. Menjadi salah satu rute, yang dilintasi sebagian besar kendaraan yang membawa barang dari Italia ke Eropa utara. Menjadi salah satu jalan tol yang terkoneksi dengan bandara Malpensa Milan dan ke pusat pameran Milan (Rhofiera).

Sedangkan untuk pengelolaan seluruh jalan tol di Italia,  ditangani oleh Autostrade per l'Italia S.p.A. Perusahaan Italia yang bergerak dibidang infrastruktur dan pembangunan bandara udara. Perusahaan yang berdiri tahun 2002,  merupakan bagian dari group Atlantia dan keluarga Benetton sebagai pemegang saham utama.

“Autostrada dei laghi” tahun 2018.

Sekarang,  hampir semua negara di seluruh dunia memiliki jalan tol.  Jalan yang sambung menyambung, melewati batas kota dan batas negara. Jalan yang bisa menginspirasi perkembangan teknologi, ekonomi maupun bisnis. Jalan yang telah memberikan banyak kontribusi pada perubahan zaman dan perkembangan yang terjadi. 

Meskipun untuk menikmatinya, kita harus membayar, seperti ide awal yang menciptakannya. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri, jalan tol tetap memberi banyak manfaat bagi kita semua.  Arrivederci…

Trailer peringatan 90 tahun jalan tol pertama di dunia:


Sumber :
https://www.facebook.com/ilcuriosonevarese/?tn-str=k*F

More articles

Holocaust Memorial Milan.

Other posts