Thursday, December 20, 2018

Asal- usul pohon Natal.


Memasang pohon Natal adalah salah satu tradisi Natal paling populer di dunia. Pohon yang dipajang beberapa minggu sebelum Natal, dan dirapihkan kembali setelah liburan Tahun baru selesai. Biasanya pohon yang dipakai adalah pohon cemara. Selain banyak jenisnya, pohon cemara juga yang selalu hijau disetiap musim. Pohon itu kemudian dihiasi benda-benda beraneka warna dan bentuk: lampu, berbagai hiasan, manisan buah kering dan lain - lain. Di dekat kakinya di taruh hadiah – hadiah Natal yang di buka bersama – sama saat malam Natal tiba.

Cemara adalah salah satu jenis pohon yang sangat di puja oleh bangsa – bangsa yang hidup di peradaban kuno. Mereka adalah penganut “Paganisme” atau yang menyembah kepada lebih dari satu Dewa (politeisme). Mereka percaya jika pohon cemara adalah pohon sorgawi. Sehingga dalam tradisi mereka, pohon cemara itu mereka hias dengan dengan pita, obor dan lonceng kecil. Di bawah pohon cemara, mereka juga menaruh hewan - hewan persembahan. 

Para pendeta Celtic.

Bangsa Viking di ujung utara Eropa juga percaya, jika pohon cemara memiliki kekuatan gaib, karena tidak kehilangan daunnya meskipun di musim dingin. Mereka selalu memotong pohon cemara, membawanya pulang ke rumah, kemudian dihiasi buah-buahan. Mereka percaya, kesuburan musim semi kelak akan mengembalikannya.

Para pendeta kuno (druids) dari Celtic menjadikan pohon cemara sebagai simbol umur panjang, karena pohon cemara selalu  hijau bahkan di musim dingin. Mereka menghormati pohon cemara dalam berbagai ritual mereka. Begitupun dengan orang-orang Romawi kuno yang selalu menghias rumah mereka dengan dahan-dahan pohon cemara selama bulan Januari, karena mereka juga percaya, pohon cemara adalah pohon pengharapan dan keberuntungan.

Dalam ilmu astronomi yang mereka pelajari, musim dingin mempunyai banyak arti. Dalam setahun, musim dingin memiliki titik balik matahari yang sangat pendek. Hari terpendek jatuh pada tanggal 21 Desember, karena saat itu matahari menyentuh titik terendah di cakrawala.

Peristiwa ini bagi mereka bagaikan sebuah harapan baru, pesta cahaya dan kesempatan untuk bertahan hidup. Atas dasar inilah, kemudian lahir kepercayaan – kepercayaan kuno yang menyembah dewa matahari, seperti dewa Horus di Mesir, Elettriona di Yunani, Ishtar di Iran - Kasdim, Amaterasu di Jepang dan lain - lain.

Patung dewa “Mithras”.

Dewa “Meithras” adalah dewa yang disembah masyarakat Romawi kuno. Dewa pemenang kegelapan ini bahkan sudah ada sejak abad II-I SM di daerah Mediterania timur. Mithraisme mencapai puncaknya antara abad ketiga dan keempat Masehi, ketika menyembah dewa “Meithras” sangat populer di kalangan prajurit Romawi. Ini berkaitan erat dengan pesta penyembahan pada dewa Pagan di musim dingin. Sebuah pesta yang sangat digemari di seluruh kekaisaran Romawi waktu itu. 

Ketika Kekristenan mulai menyebar di Eropa, Gereja juga harus berdamai dengan tradisi-tradisi yang sudah berakar di masyarakat. Pada tahun 274 M, Gereja akhirnya berhasil menyesuaikan pesta Pagan dengan pesta Natal, dengan mengusulkan Yesus Kristus sebagai "matahari suci yang sejati". 

Sebagai penguasa waktu itu, Kaisar Flavius Valerius Aurelius Constantinus, meresmikan tanggal 25 Desember sebagai “hari kelahiran Kristus” atau hari Natal. Kemudian mithraisme pun menghilang dalam praktik keagamaan sejak keluarnya dekrit Theodosian tahun 391 M. 

Pohon Natal di Duomo Milan.

Pohon Natal yang kita kenal sekarang, lahir di kota Tallinn, Estonia tahun 1441. Pohon cemara besar yang dipasang di depan balai kota , bersamaan dengan acara kaum muda di kota itu mencari belahan jiwa.

Sedangkan tradisi menghias pohon Natal dimulai di Jerman tahun 1611 oleh Duchess of Brieg. Menurut legenda, dia menghias istananya untuk merayakan Natal, ketika ia menyadari salah satu sudut ruangan kosong, ia memerintahkan pohon cemara dari kebun istana dipindahankan ke dalam vas dan dibawa ke ruangan itu.

Legenda lainnya menceritakan tentang seorang pria yang terpesona dengan bintang-bintang yang berkilauan melalui ranting - ranting pohon cemara di malam Natal. Kemudian dia memotong ranting - ranting itu, membawanya pulang dan menghiasnya dengan lilin merah. 

Akhir abad ke-19, atas keinginan Ratu Margherita, istri Raja Umberto I dari  kerajaan Savoia, Italia juga memiliki pohon Natal pertama. Pohon itu dipajang di Palazzo del Quirinale, tidak jauh dari tempat tinggal keluarga kerajaan.  Dari tempat ini,  tradisi menghias pohon Natal pun menyebar dengan cepat ke seluruh semenanjung.

Di Perancis, pohon Natal pertama didekorasi pada tahun 1840 oleh duchessa d’Orleans. Namun pohon cemara dikomersilkan sebagai pohon Natal dimulai pada tahun 1851 di kota New York. Akhirnya tradisi ini pun menyebar ke seluruh dunia. Arrivederci…

Trailer penyalaan lampu pohon Natal di kota Florence:



sumber:
http://www.sapere.it/.../s.../perche-si-fa-albero-di-natale.html


1 comment:

More articles

Holocaust Memorial Milan.

Other posts