Wednesday, October 3, 2018

Parade Tradisional Palio di Legnano


Palio adalah sebuah pesta traditional yang menceritakan tentang Italia di abad pertengahan. Biasanya diawali dengan parade dengan latar belakang sejarahnya, kemudian diakhiri dengan sebuah perlombaan antar kota di sebuah wilayah yang bersangkutan. Jenis perlombaan juga bermacam – macam: lomba pacuan kuda atau dengan jenis hewan lainnya, lomba perahu dayung dan lain – lain. 

Beberapa kota di Italia menjadikan kegiatan ini sebagai festival tahunan. Diadakan di setiap musim semi atau musim panas, antara bulan April sampai Agustus. Di wilayah Lombardy yang rutin mengadakan acara ini setiap tahunnya adalah kota Legnano dengan kegiatannya “Palio di Legnano”.

Festival tradisional “Palio di Legnano” ini sudah ada sejak tahun 1935. Sebuah festival untuk memperingati pertempuran yang terjadi pada tanggal 29 Mei 1176 di kota Legnano antara pasukan Liga Lombardy ( gabungan pasukan Milan – Legnano) dengan pasukan dari Kekaisaran Federico Barbarossa.


Meskipun bukan salah satu kota besar di wilayah Lombardy, namun perjuangan rakyat Legnano dahulu masuk dalam sejarah besar Italia. Kota ini hanya berjarak 20 km dari kota Milan. Sangat masuk akal , jika dalam perjuangan dahulu, pasukan Legnano dan Milan bersatu untuk melawan pasukan Barbarossa. Bedanya jika dulu untuk sampai ke kota ini hanya bisa naik kuda atau jalan kaki, kalau sekarang kita bisa naik kereta api, bis umum atau kendaraan pribadi.

Bulan Mei yang lalu saya sempat menyaksikan festival ini. Pembukaan resmi acara ini dilakukan sebulan sebelumnya di lapangan San Magno dan selama sebulan penuh setiap akhir pekan diadakan berbagai kegiatan. Puncak kegiatan ini adalah lomba pacuan kuda pada hari minggu 27 mei 2018 di stadion olah raga “G. Mari” kota Legnano.

Hari minggu sore sepanjang jalan utama di kota Legnano yang akan dilewati parade penuh dengan para penonton baik tua, muda dan anak-anak yang ingin menyaksikan pawai traditional ini. Tidak hanya menjadi penonton, masyarakat di kota ini juga banyak yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Meskipun diawal acara beberapa orang dari kelompok pencinta hewan melakukan aksi penolakan akan tetapi acara tetap berjalan sesuai dengan rencana pukul 15.30 sore.

Salah satu peserta rombongan.

Parade ini diikuti lebih dari 1000 tokoh yang setia mereproduksi karya-karya asli abad ke-12 seperti pakaian beserta aksesorisnya, berbagai karangan bunga, berbagai jenis binatang, peralatan perang dan lain-lain yang dipakai atau ditampilkan saat parade. 

Sesuai dengan waktu yang ditetapkan terdengar dari jauh derap langkah dan alunan musik traditional militer dan rombongan pertamapun muncul. Barisan pertama yang tampil adalah setiap perwakilan delegasi yang ikut bergabung dalam perjuangan dahulu. Masing-masing dari mereka membawa spanduk dan mengenakan seragam sesuai daerahnya. Kota Legnano sebagai tuan rumah menjadi delegasi terakhir dalam rombongan ini. 

Rombongan selanjutnya adalah rombongan yang paling menarik bagi saya. Karena dengan melihat penampilan mereka saja benar-benar membawa saya ke kehidupan abad ke-12. Di rombongan kedua ini penampilan peserta harus disesuaikan dengan tema yang mereka pilih, tema-temanya antara lain: musik, petani, pemburu, bangsawan, rakyat jelata dan lain- lain. 

Segala sesuatu yang mereka kenakan, perabotan yang mereka bawa juga tingkah laku mereka sangat menarik perhatian penonton. Akan tetapi para peserta tetap dibatasi untuk setiap kotamadya tidak boleh melebihi 110 peserta dan 16 kuda untuk di tunggangi.

Pakaian  prajurit abad ke-12.

Semua kostum, barang dan peralatan yang mereka gunakan di parade ini juga telah melewati proses yang panjang. Setelah memilih tema, setiap kotamadya harus menyerahkan sketsa pakaian dan aksesoris yang akan mereka kenakan kepada tim khusus. Tim ini terdiri dari petugas bea cukai yang bekerjasama dengan perkumpulan pencinta kostum dan sejarah abad pertengahan juga para ahli nasional dari beberapa Institut dan Universitas. 

Setelah mendapatkan persetujuan dari tim khusus tadi, baru sketsa-skesta dibuat di labolatorium khusus penjahit dan pengrajin dengan pengawasan yang ketat. Peserta yang tidak melewati proses ini tidak bisa berpartisipasi dalam parade ini. Sungguh suatu bentuk perjuangan dan pengorbanan para peserta untuk bisa masuk mengisi acara ini. 

 Rasa bangga dan bahagia terpancar dari raut muka dan penampilan mereka saat tampil menunjukkan peran mereka masing-masing, para pria yang terlihat gagah berwibawa dan para wanita begitu cantik dan anggun. 

Karena temanya tentang kehidupan sehari-hari maka pesertanya pun beraneka ragam. Ada satu keluarga besar yang ikut berpartisipasi dari kakek, nenek, paman, bibi sampai dengan cucu-cucu mereka. Begitupun di pihak penonton, disamping saya berdiri sepasang kakek-nenek yang menemani ketiga cucu mereka yang begitu bersemangat disepanjang acara. Setiap hal yang mereka tidak tahu, pasangan kakek-nenek ini setia menjawabnya dan tanpa henti menerangkan satu persatu setiap rombongan yang melintas. 

http://www.varesenews.it/photogallery_new/images/2018/05/sfila-storica-palio-di-legnano-676033.jpg
Tema bangsawan.

Dari apa yang saya lihat, saya mulai mengerti mengapa acara seperti ini di rayakan setiap tahun di kota ini. Karena mengajarkan cinta tanah air bukan hanya tugas para guru lewat kurikulum di sekolah, tidak cukup hanya dengan membaca buku-buku sejarah dan perjuangan para pahlawan.

Meskipun pemerintah sudah membangun banyak perpustakaan dan monumen nasional tetapi mengajarkan cinta tanah air juga tugas setiap warga negara dari generasi ke generasi. Dua keluarga yang saya ceritakan tadi diatas contohnya, baik sebagai peserta maupun sebagai penonton mempunyai tanggung jawab dan tujuan yang sama untuk generasi selanjutnya.

http://www.varesenews.it/photogallery_new/images/2018/05/sfila-storica-palio-di-legnano-676020.jpg
Tema rakyat jelata.

Terakhir adalah rombongan yang membawa gerobak besar yang sangat penting di saat pertempuran dahulu, gerobak itu bernama Carroccio. Gerobak yang membawa lambang kota ini memiliki empat roda dan ditarik oleh enam sapi putih. Di atas gerobak terdapat altar dengan Salib Ariberto dan lonceng yang digantung di belakang salib yang akan dibunyikan bersamaan dengan pelepasan burung-burung merpati. 

Kemudian ada tiga tokoh berpakaian religius dan enam musisi yang memainkan clarinet. Carroccio juga dikawal oleh infanteri dan pasukan La Compagnia della Morte (pasukan berani mati) yang dipimpin oleh kapten mereka bernama Alberto da Giussano.

Carroccio.

Selain yang disebutkan diatas, carroccio berfungsi sebagai sebuah simbol persatuan dan semangat pasukan seluruh kota di abad pertengahan sehingga selalu dijadikan tempat untuk berkumpul sebelum pertempuran. Tapi carroccio juga dipergunakan sebagai tempat pelayanan keagamaan dan tempat perlindungan bagi mereka yang terluka dan di masa damai seperti sekarang ini carroccio biasanya disimpan dalam gereja utama di kota setempat.

Tujuan akhir semua rombongan ini adalah stadion olah raga “G. Mari”, pertunjukan akhir yang akan digelar di sana adalah final lomba pacuan kuda antar kotamadya. Karena tempatnya terbatas tidak semua penonton bisa masuk ke dalam stadion. Tapi ini tidak membuat kami kecewa karena parade yang kami lihat sebelumnya sudah sangat menghibur dan mengajarkan kami banyak hal : tentang patriotisme, nasionalisme, kultur budaya dan kebersamaan tentunya. Arrivederci…

Trailer Palio di Legnano :



Sumber :

https://www.paliodilegnano.it/sfilata-storica/

No comments:

Post a Comment

More articles

Holocaust Memorial Milan.

Other posts