Thursday, July 11, 2019

Danau Pilatus di antara sejarah dan legenda.


Meskipun sulit ditempuh, danau ini tetap menjadi tempat impian para pendaki. Salah satu danau glasial di pegunugan Apennine, yang terbentuk karena erosigletser selama Zaman Es. Berada diketinggian 1.941 m dpl, di kawasan Taman Nasional Pegunungan Sibillini, wilayah Marche. Dikenal juga dengan sebutan "il lago con gli occhiali", karena diperiode tertentu, danau ini terlihat seperti dua cermin air yang menyerupai kaca mata dengan posisi berbeda.

Danau yang selalu tertutup salju saat musim dingin dan penuh warna – warni bunga saat musim semi tiba. Namun sayang, kita hanya bisa memandangnya dari jauh. Bahkan airnya yang berkilau bagaikan kristal pun, tidak bisa kita sentuh. Jarak mendekati danau Pilatus memang di batasi, supaya species langka yang hidup di danau ini terlindungi.

Danau Pilatus juga penuh dengan misteri dan legenda. Nama yang disandangnya, mengingatkan kita pada gubernur di Palestina 2000 tahun silam. Gubernur yang sinis dan skeptis, yang rela mengorbankan hidup seseorang hanya untuk menyenangkan banyak orang. Dalam sebuah peristiwa paling penting sekaligus menyakitkan dalam sejarah manusia.

Lewat danau ini, sepertinya kisah hidup Pontius Pilatus sedikit terungkap. Latar belakangnya, posisi, tugas maupun kekuatan yang dimiliknya. Bagi sebagian orang ( seperti di gereja Etiopia dan Koptik), Pilatus adalah orang suci. Tapi bagi yang lainnya, termasuk saya, Pilatus menjadi gambaran kelemahan manusia. Seseorang yang egois dan takut menghadapi kebenaran.

Pontius Pilatus.

Selain Injil, kisah “Pontius Pilatus” ditulis juga oleh beberapa sejarawan. Dari penulis latin Pulius Cornelius Tacitus, kemudian Flavius Yosefus, penulis apologetik Yahudi abad pertama dan Filo, seorang filsuf keturunan Yahudi dari Aleksandria. Yang terbaru adalah “Ponzio Pilato, un enigma tra storia e memoria”, buku yang ditulis oleh sarjana hukum Romawi, Aldo Schiavone.

Pontius Pilatus lahir di Abruzzo, berasal dari keturunan Gens Pontia (Ponzi), bangsawan dari Campania, Italia selatan. Dia masuk dalam anggota ordo berkuda (kelompok sosial yang berada di bawah para senator) dan memiliki pengalaman dalam ketentaraan. Tahun 26 M, di usia 40 tahun, ia dikirim ke Yudea sebagai gubernur ( tepatnya prefektur) oleh Imperator Romawi Tiberius. 

Pilatus memegang jabatannya sampai tahun 37 M. Termasuk periode yang panjang untuk jabatan seorang prefek. Kekuasaannya pun meluas sampai ke Samaria dan Idumea. Dia tinggal dengan istrinya di sebuah kota pelabuhan, Kaisarea dengan rombongan kecilnya: para penulis, pelayan, pembawa berita (surat) dan lebih dari 1000 prajurit. 

Ketika bertugas, Pilatus mengenakan jubah kulit berwarna putih dan penutup dada dari logam. Dia bertanggung jawab menjaga ketertiban di provinsi dan mengelolanya secara hukum dan ekonomi. Menjadi kepala peradilan dan mengumpulkan pajak untuk memenuhi kebutuhan provinsi dan Roma. Pilatus juga terus berkomunikasi dengan Kaisar dalam hal kehormatan dan ancaman terhadap otoritas Roma.

Imperator Tiberius. 

Dalam menjalani tugas, Pilatus ternyata tidak fleksibel. Selain keras kepala, kejam dan korup, ia juga sering melakukan provokasi terbuka di Yerusalem. Memperkenalkan gambar-gambar Kaisar di Yerusalem, membangun saluran air dengan dana yang terkumpul di bait Allah dan untuk mengontrol pemberontakan, Pilatus juga memindahkan ibukota dari Kaisarea ke Yerusalem. Tindakan yang menimbulkan bentrokan dengan orang-orang Yahudi di Yerusalem.

Meskipun tidak menyetujui cara yang digunakannya, Tiberius tetap yakin Pilatus adalah sosok yang tepat memegang jabatan itu. Menjaga Yudea, yang di mata orang Romawi merupakan wilayah berbahaya. Masyarakatnya yang miskin, sombong, sulit diatur, dan percaya pada agama yang penuh dengan tahayul.

Imperator Tiberius berkuasa dari tahun 14 M sampai 37 M. Pada saat penobatannya, dia sudah menjadi pria yang matang. Pemerintahannya mendapat tanggapan positif dari masyarakat Romawi. Dia mampu mengevaluasi kompleksitas peran institusional yang dipercayakan kepadanya dan mampu mengelola keberadaan dan keberagaman kaum bangsawan dan senator.


Epigraf Pilatus di Kaisarea.

Namun yang membuat Tiberius kuatir adalah Yudea. Bersama dengan Suriah, Yudea merupakan wilayah penting untuk Kekaisaran Romawi. Kawasan yang menjadi pelindung utama kekaisaran dari serangan Parthia (salah satu kekuatan politik dan budaya Iran di Persia kuno).

Kaisarea adalah ibukota Yudea, sebuah kota yang dibangun di tepi Laut Mediterania oleh Herodes Agung. Namun, Yerusalem adalah kota utama di wilayah itu. Tempat dimana pusat agama Yahudi, kantor pengadilan dan Prefek Pilatus berada. Kota lainnya adalah Galilea, kota yang dikuasai oleh Herodes Antipas (salah satu putra Herodes Agung), juga seorang pengikut Romawi.

Sejak Romawi menguasai Yudea, keberadaannya seperti tidak diakui. Kematian Herodes Agung tahun 4 SM, menambah pemberontakan dan perpecahan di kawasan ini. Perbedaan budaya, antropologis dan peradaban sering menjadi pemicunya. Kadang ketegangan politik yang terkait dengan tuntutan agama bagaikan benang kusut yang sulit untuk diurai.

Kedatangan Romawi memang mengurangi kekuatan Sanhedrin, badan tertinggi bidang politik dan agama Yahudi. Majelis agama yang terdiri dari 71 anggota dalam arus keagamaan utama (Farisi dan Saduki). Mereka dipimpin oleh seorang imam besar yang dipilih oleh prefek Romawi. Mereka memiliki yurisdiksi atas masalah agama, namun hukuman mati atas pelanggaran ketertiban umum dan politik menjadi tanggung jawab Prefek Romawi.

“ Yesus di hadapan Pilatus “ karya Mihály Munkácsy (1881).

Pada saat itu, para imam Saduki, menganggap Yesus sebagai penghujat dan khotbahnya bisa mengancam tradisi Yahudi. Menurut hukum Yahudi, Yesus bisa dituntut hukum mati. Tetapi mereka tidak memiliki kekuatan, untuk itu mereka membutuhkan intervensi dari Prefek dan tentara Romawi.

Pilatus tidak menyangka peristiwa ini bisa menimbulkan percikan universal. Ketika terseret ke dalam pertikaian antara faksi-faksi Yahudi, sebagai otoritas Romawi, dia mencoba mencegahnya. Menyerahkan kasus itu kepada Herodes Antipas, raja wilayah Galilea namun gagal. Ingin membebaskannya, tapi tidak ingin hubungannya dengan Kayafas rusak. 

Ia mulai goyah ketika Sanhedrin mengancam akan melaporkannya pada Tiberius. Ia tidak ingin Tiberius kesal lagi. Perselisihan sebelumnya dengan orang – orang Yahudi telah menodai reputasinya. Namun jika ia menyerah pada keinginan orang Yahudi, bisa menjadi pertanda kelemahannya. Pilatus dihadapkan pada dilema.

Namun akhirnya Pilatus menyerah. Ia menempatkan kariernya di atas hati nurani dan keadilan. Mengambil air dan mencuci tangannya sebagai isyarat jika dirinya tidak bersalah. Dengan cara ini, Pilatus sudah memenuhi tugasnya menjaga ketertiban umum dan menjaga otoritas Imperator Tiberius.

Proses pengadilan yang mengubah arah sejarah manusia pun terjadi. Meskipun yakin orang itu tidak bersalah, Pilatus menyuruhnya mencambuk dan membiarkan para prajurit mengejeknya, memukulinya, meludahinya dan menyalibkannya.

Legenda Danau Pilatus.

Karir Pilatus berakhir tahun 37 M, ketika Gubernur Suriah, Lucio Vitellio memecatnya karena kekerasan yang lakukannya terhadap orang Samaria dalam pemberontakan di Gunung Garizim. Dia dipanggil Imperator, namun Tiberius sudah mati ketika Pilatus tiba di Roma. Di titik inilah, Pilatus keluar dari sejarah dan masuk dalam legenda.

Ada beberapa hipotesis tentang kematiannya, namun yang paling populer adalah legenda dari seorang penulis Perancis abad ke-15, Antoine de La Sale selama perjalanan ke Italia Tengah. Pontius Pilatus, dihukum mati oleh Imperator Vespasianus. Mayatnya dimasukan ke dalam karung dan diletakkan diatas gerobak yang ditarik kerbau. Gerobak itu dibiarkan bebas berkeliaran menuju lereng Monte Vettore di pegunungan Sibillini, akhirnya gerobak itu  terlempar ke “Lago di Pilato“.  Arrivederci….

Trailer “Lago di Pilato” Italia:

Sumber:
https://opusdei.org/it/article/32-chi-fu-ponzio-pilato/

5 comments:

More articles

Holocaust Memorial Milan.

Other posts