Thursday, February 6, 2020

Holocaust Memorial Milan.



(Foto : Arsip “Memoriale della Shoah”)

Tempat ini menjadi salah satu sisi kelam sejarah kota Milan. Tempat dimana kengerian Holocaust dimulai di kota ini. Lokasinya berada Di “peron 21” ( binario 21), di lantai dasar Stasiun Sentral Milan ( La stazione Centrale di Milano ). Di jalur kereta yang dipakai untuk mendeportasi ribuan orang Yahudi menuju kamp – kamp konsentrasi Nazi: Auschwitz - Birkenau, Mauthausen, Bergen-Belsen, Ravensbrück, Flossenbürg , Fossoli dan Bolzano.

Peristiwa ini terjadi, antara bulan Desember 1943 hingga Januari 1945, atas perintah Nazi yang bekerjasama dengan diktator fasis Benito Mussolini. “Binario 21” yang sebelumnya digunakan untuk pengiriman barang dan pos, dipakai untuk mengangkut orang – orang Yahudi( bersama dengan lawan politik, Gipsi, etnis minoritas) menuju ke kamp kematian. Dari enam juta orang Yahudi yang terbunuh dalam Holocaust, 8.000 korban berasal dari Italia.

Pada tanggal 30 Januari 1944, konvoi pertama tahanan Yahudi, berangkat dari binario 21 menuju ke Auschwitz-Birkenau. Dari 605 orang yang dideportasi hari itu, 477 orang dibunuh di kamar gas, 128 lainnya ditempatkan di kamp konsentrasi. Dari jumlah tersebut, hanya 22 orang yang selamat: 14 pria dan 8 wanita. Salah satu yang selamat adalah Liliana Segre (kini berusia 89 tahun, diangkat menjadi senator seumur hidup oleh Presiden Republik Italia Sergio Mattarella). 

  (Foto : Arsip “Memoriale della Shoah”)

Dalam banyak kesempatan, Liliana selalu menceritakan perjalanan hidupnya sampai berakhir di Auschwitz. Ia berusia 13 tahun saat peristiwa itu terjadi. Setelah 40 hari di penjara San Vittore Milan, ia bersama dengan 604 orang lainnya (banyak diantara mereka adalah anak – anak dan orang tua), diangkut ke sebuah truk. Melintasi kota yang sunyi, kemudian menyelinap ke ruang bawah tanah. Dengan sumpah serapah, penghinaan dan pukulan, mereka didorong dan dipaksa masuk ke dalam gerbong kereta barang. 

Tanpa mengetahui tempat yang akan dituju, kondisi perjalanan mereka pun sangat memprihatinkan. Selama tujuh hari tujuh malam, dalam gerbong tertutup, gelap dan sesak. Ada 50 hingga 80 orang dalam gerbong itu, tanpa kursi dan kamar mandi, tanpa makan dan minum. Banyak dari mereka tidak sampai di tempat tujuan. Mereka mati diperjalanan, karena kelaparan dan kehausan.

Penderitaan mereka berlanjut ketika sampai di Auschwitz. Begitu turun dari kereta, mereka langsung dikelilingi oleh banyak orang. Beberapa tahanan kamp diperintahkan untuk menyortir koper-koper, beberapa tentara Nazi yang menyortir mereka dan para penjaga lengkap dengan anjing-anjingnya.

                           (Foto : Arsip “Memoriale della Shoah”)

Selama berbulan – bulan, Liliana bersama dengan 700 wanita lainnya, dipaksa bekerja di pabrik amunisi. Bekerja siang dan malam, dalam suhu yang dingin membeku. Berlangsung hingga pertengahan Januari 1945, ketika tentara Soviet mendekati kamp dan ada tanda - tanda Jerman akan kalah. Namun Nazi tak ingin jejak kejahatannya diketahui.

Liliana bersama dengan 60.000 tahanan Auschwitz dipaksa melakukan "mars kematian”, selama seminggu, berjalan kaki ke kamp Malchow di Jerman. Liliana berada di sana, sampai pasukan AS menemukan dan menyelamatkan mereka, 1 Mei 1945. Dari 776 anak-anak Yahudi Italia di bawah usia 14 tahun yang dideportasi ke Auschwitz, hanya 25 anak yang selamat , Liliana Segre salah satunya.

Sebenarnya, orang – orang Yahudi sudah lebih dari dua ribu tahun tinggal di Italia. Mereka adalah minoritas yang berintegrasi dengan baik di Italia. Sikap antisemit mulai mereka rasakan ketika Benito Mussolini dan Partai Fasis Nasional merebut kekuasaan pada tahun 1922. Diskriminasi terhadap orang - orang Yahudi Italia pun meningkat, sejak disahkannya hukum rasial tahun 1938. 

  (Foto : Arsip “Memoriale della Shoah”)
Tahun itu, pemerintah Fasis Mussolini melarang anak-anak Yahudi untuk bersekolah di sekolah negeri atau swasta. Memerintahkan pemecatan orang Yahudi dari jabatan profesor di semua universitas. Melarang orang Yahudi bekerja, baik di sipil maupun militer, industri, perbankan dan asuransi. 

Keadaan buruk ini terus berlangsung sampai 25 Juli 1943, ketika rezim fasis Italia jatuh dan Benito Mussolini ditahan. Karena kalah dari sekutu ( Inggris – Amerika), bulan September 1943, Italia menandatangani gencatan senjata. Bagian selatan Italia, termasuk pulau Sisilia dan Sardinia berada di bawah kendali pasukan Sekutu. Namun Italia utara dan tengah, berhasil di kuasai Jerman.

Nazi pun membebaskan Mussolini dari penjara dan mengangkatnya menjadi pemimpin boneka Republik Sosial Italia. Sekitar 43.000 orang Yahudi terperangkap di wilayah yang dikuasai rezim fasis baru, penangkapan dan deportasi Yahudi Italia pun dimulai. Dari sekitar 50.000 orang Yahudi yang hidup di Italia sebelum September 1943, sekitar 8.000 meninggal selama Holocaust (kebanyakan di Auschwitz), sementara 40.000 orang selamat.

  (Foto : Arsip “Memoriale della Shoah”)
Dan untuk mencegah tragedi seperti “ Holocaust” terjadi lagi, dibangunlah “Holocaust Memorial Milan”. Dirancang bukan sebagai museum, tetapi tempat untuk mengenang, berefleksi dan berdialog tentang perbedaan, supaya kesalahan di masa lalu, tidak terulang lagi di masa depan. Memiliki luas area 7.060 m², yang tersebar di dua lantai, “Holocaust Memorial Milan” diresmikan tanggal 27 Januari 2012.

Di Italia, “Holocaust Memorial Milan” dikenal dengan nama “Memoriale della Shoah”, terletak di Piazza Edmond J. Safra 1 Milan. Untuk sampai di tempat ini, kita harus keluar dari stasiun sentral Milan, menyusuri jalan Piazzale Luigi di Savoia, melewati underpass, berjalan lagi 500 meter di jalan Ferrante Aporti, sampai tiba di pintu gerbang “Holocaust Memorial Milan”, tempat binario 21 berada.

Dimulai dari pintu gerbang utama dan jalan masuk kendaraan yang membawa orang yang akan dideportasi. Kemudian disambut dengan kata “INDIFFERENZA“ yang tertulis di dinding beton. Sebuah kata yang mewakili “ketidakpedulian” orang-orang terhadap apa yang terjadi, yang menyebabkan orang Yahudi menderita.

  (Foto : Arsip “Memoriale della Shoah”)

Tepat di jantung area memorial, ada empat gerbong kereta, tanpa jendela, hanya ada sedikit celah. Gerbong yang dipakai orang-orang Yahudi menuju kamp kematian Nazi. Di salah satu sudut, tampak koper – koper yang disusun sampai ke langit – langit bangunan. Kemudian berbagai photo dan benda kenangan, milik mereka yang pergi namun tak kembali.

Di salah satu dinding, tertulis nama-nama orang yang dideportasi, yang disorot secara bergiliran. Warna putih untuk korban yang tidak kembali, warna kuning untuk korban yang selamat. Area ini dilengkapi juga dengan ruangan refleksi, ruangan observasi, aula untuk menonton berbagai kesaksian, beberapa video interaktif yang diproyeksikan melalui layar sentuh, ruang perpustakaan dan lain - lain.

Bagi siapapun yang pernah mengunjunginya, "Holocaust Memorial Milan” adalah tempat yang sangat menyentuh sekaligus menguras emosi. Lebih dari pada itu, tempat ini yang akan  mengingatkan kita selalu, jika di sekitar kita, masih banyak orang yang mengalami diskriminasi, hanya karena mereka berbeda dengan kita. Tanpa kita sadari, seringkali kita sendiri adalah pelakunya. Arrivederci…

Trailer “Memoriale della Shoah” Milan:


Sumber : http://www.memorialeshoah.it/

Tuesday, January 14, 2020

Katedral Milan.


Di Italia, simbol abadi kota Milan ini, dikenal dengan nama Duomo Milan. Katedral yang didedikasikan untuk “Santa Maria Nascente”, yang terletak di Piazza Duomo, di jantung kota Milan. Merupakan karya seni terbesar Lombard yang anggun dan agung, yang membutuhkan waktu, lebih dari lima abad untuk membangunnya. 

Di tempat ini, sebelumnya berdiri Katedral kuno Santa Maria Maggiore dan Basilika Santa Tecla. Namun kebakaran tahun 1075, menghancurkan kedua bangunan itu. Pada tahun 1386, Uskup Agung Antonio da Saluzzo mempromosikan pembangunan kembali katedral baru yang lebih besar. Ditahun yang sama, dibawah komando penguasa Milan, Gian Galeazzo Visconti, Duomo pun dibangun.

Melalui proyek "Fabbrica del Duomo", pembangunan duomo melibatkan banyak arsitek, ilmuwan dan seniman terkenal di berbagai era. Seiring berjalannya waktu, Duomo juga mengalami banyak perubahan dan modernisasi. Duomo Milan selesai dibangun tahun 1965. Sejak Februari 2009, gereja ini pun dibuka untuk umum. 

Ruang utama. (foto: Arsip Duomo Milan)

Katedral Milan merupakan hasil perpaduan gaya Gothic Internasional dengan arsitektur Lombard. Ruang utamanya (panti umat) bisa menampung lebih dari 40.000 jemaat, memiliki 5 nave, 3 transept dan ditopang oleh 52 pilar. Altar utama (panti imam), sebagai pusat seluruh gedung gereja dan liturgi, lantainya lebih tinggi dari panti umat.

Lantainya didesign oleh Pellegrino Tibaldi, berbahan dasar keramik, bermotif bunga, dengan perpaduan warna putih, biru dan perak. Langit – langit memiliki ketinggian 45 meter. Kubahnya karya Giovanni Antonio Amadeo, berbentuk segi delapan, dengan tinggi 68 meter. Sekeliling kubah dihiasai oleh lukisan dinding karya seniman Lombard tahun 1560-1580.

Dekat pintu masuk Duomo adalah jam matahari dengan simbol capricorn. Sisi-sisi bangunan didominasi oleh jendela- jendela kaca patri yang tinggi. Beberapa lukisannya dirancang oleh Vincenzo Foppa dan Cristoforo de 'Mottis. Lukisan – lukisan yang menceritakan kehidupan para Santo dan tokoh – tokoh dalam kitab suci, diantaranya kisah tentang “Giudizio Universale” (penghakiman terakhir). 


Altar utama (foto: Arsip Duomo Milan)

Salah satu ciri khas Katedral Milan adalah berlimpahnya patung – patung yang luar biasa. Hasil karya para seniman yang konsisten dengan iklim budaya, di setiap momen sejarah. Ada sekitar 3400 patung dari berbagai aliran (Renaissance, Baroque sampai Neoklasik), yang mewakili lebih dari 700 tokoh. Yang paling banyak adalah patung yang mewakili orang – orang suci, para martir dan tokoh – tokoh dalam alkitab.

Jika menyusuri lorong di sebelah kanan, kita bisa melihat beberapa makam Uskup Agung Milan. Salah satunya makam Uskup Agung Ariberto da Intimiano, yang meninggal tahun 1045. Makam Marco Carelli, salah satu donatur pembangunan Duomo. Kemudian beberapa altar, dua diantaranya l'altare del Sacro Cuore (altar Hati Kudus) dan l'altare della Madonna (altar Bunda Maria), yang dirancang oleh Pellegrino Tibaldi.

Beberapa pelukis terkenal ikut berpartisipasi menyumbangkan lukisannya, seperti: pelukis Cerano, Duchino, Fiammenghino dan Carlo Buzzi. Kemudian ada il Trivulzio Candelabrum, tempat lilin bercabang tujuh, setinggi 12 meter dan diukir oleh pandai emas Prancis, Nicola da Verdun. Tahun 1562, tempat lilin itu disumbangkan kepada uskup agung Giovan Battista Trivulzio. 


Kapel “Madonna dell’Albero”. (foto: Arsip Duomo Milan).

Salah satu peninggalan yang paling berharga dari Duomo Milan adalah il Sacro Chiodo (Paku Suci). Terletaknya di atas altar, berwarna merah dan terlihat sangat jelas dari berbagai sudut di ruangan utama. Kemudian ada tiga alat musik organ. Yang pertama dibuat tahun 1938, salah satu organ pipa terbesar di Italia dan Eropa. Organ kedua dibuat tahun 1913 dan yang ketiga dibuat tahun 1984.

Di bawah altar utama, ada sebuah gereja kecil “Treasure of the Cathedral” dan pintu masuk ke perbendaharaan katedral di mana jubah kuno, cawan emas, dan barang – barang berharga lainnya tersimpan. Di ruangan bawah tanah Duomo juga terdapat sisa – sisa bangunan “Battistero di San Giovanni alle Fonti”. Tempat pembaptisan pertama di kota Milan, yang dibangun tahun 378 – 397 M.

Di lorong sebelah kiri, ada altar Santa Caterina (l'altare di Santa Caterina), satu-satunya altar Gotik di katedral ini. Kemudian makam Uskup Agung Filippo Archinto, seorang pengacara Italia, birokrat kepausan dan diplomat Italia, yang meninggal tahun 1558. Ada patung Sant Bartholomew, karya pematung Marco Ferrari d'Agrate tahun 1562 dan patung Gian Giacomo Medici, seorang panglima militer Italia, hasil karya pematung terkenal Michelangelo.

La Madonnina (foto: Arsip Duomo Milan)

Jika punya banyak waktu dan tidak takut ketinggian, cobalah naik ke puncak duomo. Melewati anak – anak tangga di sisi timur atau menggunakan lift yang tersedia. Karena puncak Duomo adalah tempat yang kaya akan ornamen dan patung dari semua ukuran. Di tempat ini juga, kita bisa menikmati indahnya kota Milan, dari balik 145 sulaman tembok menara, yang dibangun abad ke-18. 

Menara paling tinggi adalah La Madonnina (Patung Bunda Maria), dirancang oleh pemahat Giuseppe Perego dan ahli emas Giuseppe Bini. Patung simbol pelindung kota Milan ini, memiliki tinggi 4,16 meter sekaligus menjadi titik tertinggi Duomo Milan. Menara tertua adalah menara Carelli, dibangun tahun 1397-1404. Didedikasikan untuk Marco Carelli, dermawan kelahiran Milan, yang semasa hidupnya aktif sebagai pengusaha dan bankir Italia.

Dari 1800 patung yang ada di puncak Duomo, tidak semua mewakili orang-orang suci, martir, dan tokoh Alkitab. Beberapa patung mewakili tokoh – tokoh tertentu, yang mungkin tidak ada hubungannya dengan Duomo sebagai tempat ibadah. Beberapa patung bahkan menyimpan misteri atau pesan tersembunyi dari pemiliknya. 


Patung Liberty. (foto: Arsip Duomo Milan).

Diantaranya Patung Liberty (Statua della Libertà), dikenal juga dengan nama “Statua della Legge Nuova” (patung hukum baru). Patung karya Camillo Pacetti, yang dibuat pada tahun 1810, saat Napoleon Bonaparte menguasai Milan. Konon patung ini yang mengilhami Frederic Auguste Bartholdi, untuk membangun Patung Liberty di New York pada tahun 1885.

Ada juga patung penyair besar Italia Dante Alighieri, konduktor Arturo Toscanini dan raja Vittorio Emanuele. Ada patung petinju Primo Carnera, orang Italia pertama yang mendapat gelar kelas berat dunia. Patung dinosaurus kecil dan burung merpati, yang lebih aneh, mungkin patung helm Romawi, raket tenis, sarung tinju, bola rugby, peralatan tukang kayu dan patung misterius lainnya.

Tapi itulah Duomo Milan, karya kolosal yang melibatkan banyak orang, dengan berbagai profesi dan latar belakang yang berbeda. Kini, bangunan kebanggaan masyarakat Milan ini, menjadi katedral terbesar di Italia dan terbesar ketiga di dunia, setelah Basilika Santo Petrus di Vatikan dan Katedral Seville di Spanyol. Arrivederci….

Trailer Duomo Milan:

Sumber:
https://it.cathopedia.org/wiki/Cattedrale_di_Santa_Maria_Nascente_(Milano)

Tuesday, January 7, 2020

San Marino, republik tertua di dunia.


San Marino adalah negara yang terkurung di daratan Italia, terletak di antara Emilia Romagna dan Marche. Wilayahnya berbentuk segi empat yang tidak beraturan, dengan relief berbukit-bukit. Yang tertinggi adalah adalah Gunung Titano ( 750 m), gunung utama yang sering digunakan sebagai simbol Republik San Marino.

Kota San Marino adalah ibukota republik ini. Kota yang dikelilingi oleh tembok abad pertengahan, yang sangat sugestif dan romantis. Kota ini juga kaya akan sejarah dan arsitekturnya yang indah. Dari kastil, museum, monumen, piazza ( alun-alun) dengan toko-toko di sepanjang jalan-jalan kota. Sejak tahun 2008, kota San Marino dan Gunung Titano masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO.

Dengan luas wilayah 62 km2, San Marino juga dinobatkan sebagai negara terkecil ketiga di Eropa dan terkecil kelima di dunia. Karena alasan inilah, kita hanya membutuhkan satu hari saja, untuk bisa mengunjungi semua tempat menarik di Republik ini.

Dari Italia, San Marino dapat dengan mudah dicapai dengan mobil, melewati jalan raya Bologna-Ancona, dilanjutkan ke jalan raya Rimini-San Marino. Bisa juga naik kereta api, turun di stasiun kereta Rimini Roma, kemudian naik bus yang menuju San Marino. Turun di Piazzale Nazioni Unite, dilanjutkan dengan berjalan kaki atau naik kereta gantung yang berhenti beberapa meter dari pusat kota.

Jalan menuju kota San Marino. 

Piazza della Libertà adalah pusat kota San Marino, tempat patung perunggu pendiri Republik ini berada. Kemudian ada Il Palazzo Pubblico ( public palace), gedung balai kota yang berfungsi sebagai kantor pusat pemerintahan San Marino. Di sisi kiri bangunan, ada menara jam, yang dilengkapi dengan triple mosaik orang-orang kudus: San Leone, Saint Agatha dan San Marino. 

Di tengah Piazza della Libertà berdiri Patung Liberty, dari batu marmer Carrara putih, karya pematung Stefano Galletti. Kemudian ada Gereja San Francesco yang dibangun pada tahun 1361, lengkap dengan museum San Francesco yang memamerkan berbagai kekayaan termasuk lukisan San Francesco ( karya Guercino) dan karya penulis lain dari abad ke-15 dan ke-16.

Di Museum Nasional San Marino, kita bisa melihat berbagai lukisan, koin, patung, dan temuan arkeologis Republik San Marino, dari zaman Neolitik hingga awal Abad Pertengahan. Sekitar 40 rekonstruksi bersejarah dan 100 patung lilin tokoh protagonis dan orang-orang terkenal di Republik ini, dipamerkan di Museum Lilin ( Il Museo delle Cere).

Piazza della Libertà.

Museum menarik lainnya adalah Il Museo della Tortura (Museum Penyiksaan). Salah satu museum yang paling mengerikan di dunia, karena memamerkan lebih dari 100 perangkat penyiksaan dan berbagai metode penyiksaan yang digunakan sepanjang Abad Pertengahan, pada mereka yang melakukan kejahatan, sihir atau konspirasi.

Yang lebih menyenangkan Il Museo delle curiosità (Museum keingintahuan). Museum yang menyimpan lebih dari seratus penemuan luar biasa, berupa objek, berita, dan karakter yang benar-benar tidak biasa, seperti: rambut dan kuku terpanjang di dunia, pria tergemuk atau wanita terpendek di dunia, jam hidung dan lain -lain. 

Di Piazza Domus Plebis, berdiri Basilika San Marino, gereja yang didedikasikan untuk San Marino, sebagai pendiri dan pelindung Republik ini. Dibangun tahun 1836, sebagai pengganti gereja sebelumnya, (salah satu monumen Kristen pra-Romawi pertama di Italia, berasal dari abad ke-7). Dibangun dalam gaya Neoklasik, dengan teras dan delapan tiang kolom bergaya Korintus. Di gereja ini juga tengkorak San Marino disimpan dalam etalase kaca. 

Basilika San Marino.

Ketika sampai di puncak gunung Titano, akan terlihat tiga menara, simbol republik ini. Menara pertama, disebut la Guaita, berasal dari abad ke-11, salah satu tempat yang menarik dan paling dicintai di negara ini. La Guaita juga termasuk menara terbesar dan tertua dari ketiganya. Ada sebuah kastil dipuncaknya, di dalamnya ada sebuah gereja dan penjara.

Menara kedua, adalah la Cesta atau Fratta. Di zaman Romawi, menara ini digunakan untuk menara pengawal. Sekarang , menjadi Museum Senjata Kuno yang memamerkan lebih dari 700 jenis senjata bersejarah, seperti: busur, baju besi yang berasal dari berbagai era, dari Abad Pertengahan hingga akhir 1800-an. 

Melintasi “Sentiero delle Streghe” jalan batu dengan pemandangan spektakuler ke seluruh lembah, kita akan sampai di menara ketiga "Montale", menara terkecil dari tiga menara. Di dalamnya ada sebuah penjara, yang disebut Fondo della Torre, sedalam 8 m dan hanya dapat diakses dari atas. Berbeda dengan dua menara lainnya, menara ke-tiga tidak terbuka untuk umum.

Menara la Cesta.

Karena memiliki banyak area hijau dengan panorama yang mempesona, memungkinkan kita bisa melakukan banyak kegiatan di luar ruangan. Berjalan santai di hutan pinus di Monte Cerreto ( Gunung Cerreto) atau bermain di “Montecchio Natural Park”, salah satu taman petualangan terbesar di Italia. Memiliki 26 rute pendakian, jembatan Tibet dan Tyrolean dan kegiatan- kegiatan lainnya, seperti memanah dan menunggang kuda.

Menyandang gelar sebagai republik tertua di dunia yang masih ada, sejarah dan asal – usul Republik San Marino menjadi menarik untuk ditelusuri. Dimulai sekitar abad ke-4 M, ketika seorang pemahat batu bernama Marino, berasal Dalmatia (sebuah kota di pulau Rab di Kroasia ), melarikan diri ke Gunung Titano, untuk menghindari penganiayaan terhadap orang-orang Kristen oleh Imperator Romawi Diocletian.

Dengan kepribadiannya yang karismatik, Marino berhasil membentuk sebuah komunitas kecil di gunung Titano. Sebagai ucapan terima kasih, karena telah menyembuhkan putranya yang sakit, pemilik gunung, Donna Felicita (atau Felicissima) memberikan gunung Titano kepada San Marino. Wilayah itu kemudian disebut "Terra di San Marino”. Sejak saat itu, karena ada wilayah, lengkap dengan penduduknya, gunung Titano dan kota San Marino sebenarnya telah merdeka dan tidak pernah menjadi bagian dari Italia. 

Setelah San Marino tiada, rasa kebersamaan dan kemandiriannya dilanjutkan oleh orang – orang disekitarnya. Komunitas kecil itu pun berkembang menjadi sebuah desa, kemudian menjadi sebuah kotamadya dan di abad ke-11 M, mereka pun mulai membentuk pemerintahannya sendiri.

Museum San Francesco.

Selama berabad-abad, orang – orang gunung Titano harus menghadapi berbagai situasi berbahaya. Ketika berbagai konflik terjadi, mereka tetap netral dan independen. Mereka bahkan memberikan suaka dan bantuan kepada siapapun yang membutuhkan. Pengakuan itu akhirnya datang dari Paus Nicholas IV, Napoleon dan Kongres Wina tahun 1815.

Puncaknya dalam "Perjanjian Persahabatan" yang ditandatangani pada 22 Maret 1862, direvisi pada tahun 1939 dan 1971, yang menjamin kemerdekaan Republik San Marino. Akhirnya pada tahun 1988 republik kecil ini menjadi anggota Dewan Eropa dan menjadi anggota PBB pada tahun 1992. Arrivederci..

Trailer Republik San Marino:



Sumber :
https://siviaggia.it/viaggi/weekend-nella-repubblica-di-san-marino/133226/

Wednesday, January 1, 2020

Pedang Toscana dan pertobatan Saint Galgano.



Mungkin sedikit orang yang tahu, jika pedang legendaris Raja Arthur, juga ada di Italia. Pedang yang tertancap di batu itu, milik Galgano Guidotti, ksatria Tuscana yang hidup di abad ke-12. Sama – sama tertancap di batu, namun kisah kedua pedang itu sangat jauh berbeda. Jika Arthur memakai pedang Excalibur untuk menunjukkan haknya menjadi raja Inggris Raya. Sedangkan, pedang Toscana menjadi simbol pengunduran diri Galgano, dari seorang ksatria menjadi biarawan.

Galgano Guidotti lahir tahun 1148, dari pasangan bangsawan Guidotto dan Dionisia, di Chiusdino, sebuah desa kecil di dekat Siena. Dari sejak lahir, Galgano sepertinya ditakdirkan menjadi seorang ksatria dan ahli berperang. Di usia belia, ia sudah belajar menggunakan senjata. Ketika menjadi ksatria muda, karakternya dikenal sombong, arogan dan otoriter.

Mungkin karena hidup di era ketidakpastian politik dan perebutan kekuasaan yang keras, membuat perilakunya seperti itu. Kadang untuk menunjukkan kekuatan keluarganya, Galgano tidak ragu melakukan tindakan yang kejam dan tidak terpuji. Hingga di suatu waktu, malaikat menemuinya dalam beberapa penglihatan dan membawa Galgano pada pertobatan. Puncaknya bulan Desember tahun 1180, ketika Galgano menuju bukit Montesiepi dan menancapkan pedang ksatrianya di atas batu.

Pedang San Galgano.

Sampai sekarang, pedang itu tersimpan dengan baik di “Rotonda Montesiepi”, kapel bundar di lembah Merse, sekitar 35 km dari kota Siena. Kapel yang dibangun di tempat Galgano melakukan sumpah dan mengabdikan diri sampai akhir hayatnya, 3 Desember 1181. “Rotonda Montesiepi” diresmikan tahun 1185, bersamaan dengan hari pengangkatan Galgano menjadi Santo oleh Paus Lucius III

Kapel “Rotonda Montesiepi” dikenal memiliki banyak keunikan. Bentuk bulatnya mengacu pada bangunan - bangunan suci di dunia pagan dan kuil-kuil era Romawi. Sekilas seperti cangkir terbalik, melingkar tanpa titik sudut, simbol kesempurnaan dan ketidakterbatasan. Sedangkan putih dan merah, adalah warna – warna khas budaya celtic ( nenek moyang bangsa Eropa), seperti yang sering terlihat di makam – makam kuno Etruscan dan Romawi.

Tidak jauh dari altar, dimana pedang diletakkan, tampak lantainya menjorok ke dalam. Sebuah etalase transparan melindungi pedang itu dari pencuri. Pada tahun 1960 dan 1991, orang yang mengaku Raja Arthur baru, mencoba mencurinya. Akibat kejadian itu, pedang mengalami kerusakan serius. 

Altar kapel bundar.

Menurut legenda, ketika San Galgano masih hidup, seseorang pernah mencoba mengeluarkan pedang itu dari batu. Namun seekor serigala menggagalkan usahanya. Kerangka lengan kanan dan kiri pencuri itu, kini dipajang di ruang kapel. Berdasarkan analisis kimia yang dilakukan oleh Luigi Garlaschelli dan Maurizio Calì, kedua kerangka tangan itu benar -benar berasal dari abad ke-12.

Pelukis terkenal Siena, Ambrogio Lorenzetti juga turut berkontribusi untuk keindahan kapel ini. Pria kelahiran Siena, sekitar tahun 1290, memang dikenal sebagai konsepsi lukisan altar dan kisah – kisah sakral. Beberapa lukisan dindingnya terlihat di kubah kapel, salah satunya menceritakan, Galgano dikelilingi oleh orang-orang kudus dan malaikat.


Tengkorak tubuh San Galgano juga dipamerkan di kapel ini. Hanya belum ada data yang pasti, dimana tepatnya tengkorak itu ditemukan. Karena sampai saat ini, tengkoraknya belum diizinkan untuk dianalisis. Ada kemungkinan ia dimakamkan di sebelah pedang. Konon, di kapel ini juga tersembunyi cawan suci. Mungkin dikubur di bawah tanah atau ditanam di dalam batu. Sampai sekarang, jejak cawan itu belum ditemukan.


Kapel bundar Montesiepi.

Tidak jauh dari kapel bundar Montesiepi, berdiri sisa – sisa kemegahan “Biara Cistercian San Galgano”. Salah satu bangunan keagamaan paling penting di Siena ini, dibangun tahun 1185, atas kehendak uskup Volterra Ugo Saladin. Biara seluas 1500 m2, dengan 800 ruangan, diresmikan tahun 1288. 

Biara ini mengalami kemakmuran lebih dari se-abad. Di bawah pengawasan Imperator Henry VI, Ottone IV dan Federico II (penguasa Siena waktu itu), biara bahkan mendapat kekebalan dan hak istimewa dari kekaisaran. Kondisi yang membuat hubungan Republik Siena dan Kepausan semakin memburuk.

Biara mulai mengalami penurunan, ketika wabah penyakit melanda Eropa tahun 1347 – 1352. Wabah yang diperkirakan menewaskan hampir sepertiga populasi benua biru. Kemudian penyerbuan pasukan Florentine dan konflik - konflik politik lainnya, menyebabkan banyak biarawan pindah ke Siena. Tahun 1550, tercatat lima biarawan bertahan dan tahun 1576, hanya satu biarawan saja yang hidup di biara. 

Biara Cistercian San Galgano.

Setelah upaya restorasi yang tidak pasti, biara mengalami kerusakan dengan cepat. Banyak perlengkapan dan perabotan biara juga dijarah. Tahun 1786, menara lonceng setinggi 36 meter, runtuh dan merobohkan sebagian besar atap biara. Tiga tahun kemudian, salah satu bangunan paling bergengsi dari arsitektur Gothic-Cistercian Italia pun hancur dan ditinggalkan. 

Yang tersisa hari ini, hanyalah dinding dan lorong-lorong ruangan tanpa atap, berlantai rumput hijau dan tanah. Namun, berkat restorasi dan pemeliharaan yang terus dilakukan oleh pemerintah setempat, sisa - sisa kemegahan dan keagungan monumen abad pertengahan ini, masih bisa dinikmati banyak orang. 

Sebuah tempat, dimana pengunjung bisa merasakan harmoni langit, batu, dan bumi. Dimana rangkaian sejarah bisa terikat kuat dengan spiritualitas keagamaan. Saat musim panas tiba, biara ini akan menjadi tempat favorit para musisi dan sutradara menyelenggarakan konser. Bahkan, beberapa film klasik menggunakan biara ini sebagai latar belakang kisahnya.


Biara tampak dari atas.

Inilah Toscana, tanah kuno di Italia tengah. Tempat berbagai peristiwa sejarah terjadi, dari sejak zaman Etruria ( nenek moyang bangsa Italia), Romawi sampai Renaissance ( Italia modern). Maka tidak aneh, jika kawasan memiliki tempat - tempat misteri. Kadang, peristiwa sejarah juga terjalin erat dengan legenda, salah satunya tentang pedang San Galgano.

Antara pedang Galgano dan kisah Arthurian, memang terjadi di waktu yang bersamaan. Mungkin, supaya legenda Arthurian tetap hidup, beberapa penulis sastra abad pertengahan, mencoba menghubung - hubungkan kedua kisah itu. Seperti dalam kisah “Ksatria Meja Bundar” (Knights of the Round Table), dimana Galgano sering dikaitkan dengan nama salah satu ksatria Arthurian “Galvano”. Keponakan Raja Arthur yang mendapatkan perlindungan khusus di Istana Aquitaine ( Kerajaan kecil di Perancis Selatan).

Namun, pedang bukan satu – satunya alasan, banyak orang mengunjungi Toscana. Kisah hidup Galgano sendiri, yang menginspirasi banyak orang, untuk melakukan perjalanan spiritual ke kompleks San Galgano. Seseorang yang mengajarkan kita, bagaimana mengubah pedang, dari alat perang menjadi alat perdamaian, yang mengganti baju kebanggaan, menjadi jubah kerendahan hati. Arrivederci..

Trailer Biara San Galgano Toscana Italia:


Sumber :
https://www.vanillamagazine.it/la-spada-di-san-galgano-alla-rotonda-di-montesiepi-la-excalibur-medievale-italiana/

Wednesday, December 25, 2019

Pohon natal terbesar di dunia.



Pohon Natal itu ada di lereng Gunung Ingino, di atas kota Gubbio, salah satu kota abad pertengahan di Umbria, Italia. Pohon natal yang dibuat setiap tahun, yang dibentuk dari lampu – lampu bercahaya sepanjang 8 kilometer, dengan luas alas 450 meter, tinggi 750 meter, menempati ruang seluas 130.000 meter persegi atau setara dengan tiga puluh kali luas lapangan sepak bola. 

Lebih dari 800 sumber cahaya menghiasi pohon natal itu: 200 lampu untuk bintang komet dibagian atasnya, 300 lampu warna hijau cerah yang menggambarkan bentuk pohon dan 400 lebih lampu warna-warni menghiasi bagian tengahnya. Mulai dibentuk dari tembok kota Gubbio sampai ke Basilika Sant'Ubaldo yang terletak di puncak gunung. Di bawah pohon dilengkapi dengan diorama natal berukuran besar dari bahan natural.

Pohon Natal Gubbio diciptakan untuk pertama kali pada tahun 1981, oleh sekelompok sukarelawan bernama 'alberaioli'. Sejak saat itu, para sukarelawan selalu membuat pohon itu setiap Natal, yang membutuhkan waktu sekitar 1.300 jam kerja untuk mewujudkannya. Karena keunikannya, tahun 1991, pohon natal Gubbio masuk dalam “Guinness Book of World Christmas Tree Records”.

Salah satu sudut kota Gubbio.

Sesuai tradisi, pohon natal itu selalu dinyalakan setiap tanggal 7 Desember dan dimatikan tanggal 12 Januari. Karena bertepatan dengan dengan peringatan ulang tahun ke-108, pertemuan antara Santo Fransiskus dan Sultan Mesir Malik El Kamil, penyalaan lampu pohon natal tahun ini, dilakukan oleh Pastor Francesco Patton melalui layar sentuh tablet, langsung dari Church of Nativity di Betlehem.

Disaksikan para pengunjung yang hadir, pejabat Gubbio maupun pejabat di Betlehem, lampu pohon natal terbesar dunia itu pun menyala. Menerangi kota abad pertengahan yang indah, dari jam 6 sore sampai larut malam. “ Pohon natal dari cahaya Betlehem, simbol harapan perdamaian dan persaudaraan, semoga cahayanya bisa terpancar ke seluruh dunia”, demikian harapan Pastor Francesco Patton dalam kata sambutannya.

Pohon natal bukan satu-satunya daya tarik kota Gubbio saat Desember. Karena setiap akhir tahun, kota ini selalu berubah. Kota yang selalu mengajak pengunjung bermain di antara masa lalu dan masa depan, di antara keindahan kota abad pertengahan, tradisi Natal dan teknologi inovatif. Gubbio pun berubah menjadi kota natal sejati, desa yang menyenangkan dan negeri dongeng yang penuh keajaiban.

Distrik San Martino.

Pengunjung bisa menaiki kereta santa yang ditarik oleh kuda atau kereta Natal Gubbio Express di Piazza 40 Martiri. Mengunjungi rumah Santa, desa peri dan menikmati keajaiban cokelat di Piazzale Frondizi. Bermain Ice Skating atau menikmati pemandangan kota Gubbio dari atas bianglala raksasa. Melalui pertunjukkan “video mapping 3D” di Palazzo dei Consoli, untuk melihat bentuk - bentuk bangunan dari perspektif baru.

Ada pasar natal di Corso Garibaldi yang khusus menjual produk – produk lokal dan pernak - pernik natal. Lokakarya yang didedikasikan untuk anak-anak dan orang dewasa di Galleria della Porta dan jalanan kuartir l, disulap menjadi desa di abad pertengahan, tempat pengunjung merasakan suasana kehidupan sehari – hari para leluhur Umbria. 

Di distrik San Pietro, pengunjung bisa berpartisipasi langsung dalam membuat kerajinan kuno dan berpenampilan layaknya orang - orang yang hidup di masa itu. Yang lebih mengesankan lagi, ada distrik San Martino, tempat 120 patung – patung kerajinan kuno, adegan kehidupan manusia sehari-hari dan kisah – kisah di dalam alkitab, yang ukurannya persis seperti aslinya.

Kereta gantung Gubbio.

Bagi yang suka kuliner, berbagai masakan khas Gubbio juga hadir di acara ini. Dari berbagai menu daging yang lezat, ham, bacon, keju, dan lain - lain. Akan tetapi truffle ( il tartufo bianco) adalah jamur khas dan tumbuh subur di daerah ini. Salah satu jenis jamur hypogean (yang hidup di bawah tanah), yang memiliki aroma khas untuk berbagai menu pasta dan risotto.

Jika cuaca cerah dan tidak takut pada ketinggian, pengunjung bisa naik kereta gantung unik menuju Basilika Sant'Ubaldo, yang berada di puncak gunung Ingino. Menikmati kota Gubbio dari ketinggian, melihat pemandangan pegunungan Apennines antara Umbria-Marche Apennines, melintasi bukit “Colle Elleto” yang penuh dengan hutan pinus, sampai di puncak Gunung Ingino (lebih dari 900 meter). Namun Basilika Sant'Ubaldo juga bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik kendaraan.

Meskipun bangunannya terlihat sederhana, Basilika Sant'Ubaldo memiliki sejarah yang berharga. Gereja yang dibangun antara tahun 1513 - 1527 dan diperluas pada awal abad ke-16 M. Di dalam gereja, disemayamkan tubuh santo pelindung Gubbio, Santo Ubaldo, disimpan di atas altar utama dengan beralaskan marmer. Lukisan dinding dari abad ke-16 sampai ke -18 turut menghiasi dinding gereja, salah satunya lukisan dinding karya Pier Angelo Basili yang menggambarkan kehidupan Sant'Ubaldo.

Basilika Sant'Ubaldo.

Sampai kini, Gubbio dihargai sebagai salah satu kota abad pertengahan yang sangat melestarikan monumen-monumen sejarah dan tradisi yang dimilikinya. Dari piazza ( alun – alun), museum, katedral, Teater Romawi (dibangun antara 55 dan 27 SM, bisa menampung sekitar 7.000 penonton) sampai air mancur unik “Fontana dei Matti”. Monumen – monumen yang bersaksi tentang masa lalunya yang agung dan tradisi yang tetap terjaga berabad-abad lamanya.

Gubbio (Iguvium atau Eugubium dalam bahasa Latin, Ikuvium dalam Bahasa Umbria) memang kota kuno. Kota yang didirikan oleh orang-orang Umbria kuno, seperti yang tertulis dalam "Tabel Eugubine" ( tujuh lempeng perunggu diukir antara abad II dan I SM). Di periode pra-Romawi ( sekitar abad 700 SM), Gubbio sudah menjadi sebuah negara-kota yang dikelilingi oleh benteng, kota penting sebagai pusat agama dan politik bagi populasi Umbria kuno.

Di bawah dominasi Romawi, Gubbio menjadi kota Romawi yang penting dan berkembang menjadi kota yang tenang dan makmur. Teater Romawi, pemandian dan villa dibangun dengan hiasan mozaik yang indah. Saat Kekaisaran Romawi jatuh, Gubbio pun masuk dalam periode kegelapan.

Teater Romawi Gubbio.

Kota ini diserang, dihancurkan dan diinvasi, kemudian menjadi subyek para penguasa untuk waktu yang lama. Dihancurkan selama Perang Gotik 535-553 M, terlibat dalam perselisihan antara Bizantium dan Lombard, antara fraksi Ghibelline dan Guelphs. Gubbio kembali tenang sejak tahun 1860, saat hari penyatuan Italia. Kemudian kembali membangun, berkembang dan jadilah Gubbio yang sekarang, yang memancarkan cahaya ke seluruh dunia. Buon Natale…

Trailer kota Gubbio :


Sumber: 
https://www.viagginews.com/2019/11/20/gubbio-albero-natale-grande-mondo-2019/ 

Friday, December 13, 2019

Museum Ara Pacis Augustae Roma.




Altar itu telah terkubur lebih dari satu millennium, diam dalam hening dan hampir hilang dari kenangan. Namun tahun 1568, Ara Pacis Augustae atau Ara Pacis, muncul kembali di bawah Palazzo Fiano Roma. Altar pagan yang didedikasikan untuk Pax, dewi Perdamaian Romawi, dibangun atas perintah Senat Romawi, untuk menghormati kembalinya Imperator Augustus ke Roma, setelah berhasil menguasai Hispania (skrg: Spanyol, Portugal, Prancis) dan Gaul ( skrg: Eropa barat-tengah).

Ara Pacis atau “Altar Perdamaian Augustus”, dibangun di masa tenang romawi, saat tidak ada peperangan dan pertumpahan darah. Mulai dibangun tanggal 4 Juli 13 SM dan diresmikan abad 9 SM. Awalnya terletak di area Campo Marzio, sebuah dataran tinggi tempat para prajurit Romawi berlatih. Tidak jauh dari pomerium, batas wilayah yang dikuduskan para dewa.

Ketika ditemukan pertama kali, Ara Pacis rusak parah, beberapa bagiannya pun terpisah. Karena dibangun di dekat sungai Tiber, altar terkubur di bawah endapan setinggi 13 meter. Seperti banyak monumen Romawi yang terabaikan dan dibiarkan rusak, Ara pacis pun dijadikan sebagai bahan konstruksi bangunan lainnya. Sebagian blok dibeli oleh Grand Duke of Tuscany, sebagian di kota Florence, di Museum Vatikan, melengkapi bagian depan Villa Medici Roma dan Museum Louvre Paris.


Ara com'era

Rekonstruksi Ara Pacis baru dilakukan tahun 1937. Bagian yang tercerai berai dikumpulkan, yang tidak ditemukan diganti menggunakan gips. Setelah itu, disusun kembali seperti bentuk aslinya di lokasi saat ini, di Museum Ara Pacis yang beralamat di Lungotevere in Augusta, 00186 Roma. Tahun 1995, Museum ini diperbaiki total oleh arsitek Amerika Richard Meier.

Bulan Oktober 2016, program "Ara com'era” pun diluncurkan. Program yang membantu Ara Pacis menemukan kembali warna aslinya. Dengan perpaduan sejarah dan teknologi, pengunjung seperti dibawa “terbang” ke masa lalu. Terasa duduk di sebelah Ara Pacis dan memandang monumen Romawi terkenal itu, persis seperti yang dilihat orang – orang Roma 2000 tahun yang lalu.

Bangunan Ara Pacis sebenarnya sederhana. Berbentuk bangunan terbuka, terbuat dari batu marmer carrara, berukuran 10,62 x 11,63 dan tinggi 3,68 meter. Altar berdiri diatas podium rendah, yang bisa diakses melalui sembilan anak tangga. Di setiap sudutnya ditopang oleh empat pilar bergaya korintus dan empat pilar lainnya ada di setiap sisi pintu. Memiliki dua pintu masuk (depan dan belakang), yang memungkinkan setiap orang bisa masuk dan keluar dari sisi yang berlawanan.


Altar utama.

Altar utama terletak di tengah bangunan, kedua sisinya dihiasi oleh dekorasi spiral yang bertumpu pada singa bersayap. Antara altar utama dan dinding luar dipisahkan oleh koridor sempit. Altar utama memiliki dua tingkatan podium. Podium pertama, lebih tinggi tiga anak tangga di sekeliling sisinya. Podium kedua, tempat imam melakukan ritual, podiumnya lebih tinggi lima langkah dan tangga masuk hanya dari arah depan saja.

Seperti yang kita tahu, agama – agama kuno sangat bergantung pada praktik doa, ritual, dan pengorbanan. Setiap tanggal 30 Januari, Imperator Augustus juga melakukan salah satu ritual itu di Ara Pacis. Mempersembahkan hewan-hewan korban, dibantu oleh para hakim, para imam, i camilli (yang membantu para imam), pemain musik suling (tibicen) dan petugas yang menyembelih hewan korban (victimarii).

Melihat berbagai relief di sepanjang dinding Ara Pacis, kita menjadi tahu berbagai gaya seni yang umum digunakan di masa Augustus berkuasa. Dari seni yunani klasik untuk motif prosesi altar, seni hellenistik untuk motif di sepanjang dinding dan romawi klasik untuk motif di altar bagian dalam.


Saturnia Tellus.

Dekorasi di dinding luar bangunan terbagi menjadi dua motif gambar. Di bagian bawah, dekorasi bermotif tumbuhan (spiral acanthus), kadang terselip gambar hewan – hewan kecil seperti ular, angsa dan kadal. Dekorasi di bagian atas lebih bervariatif, ada kisah mitologis, alegoris /kiasan dan historis. Kedua bagian itu dipisahkan oleh rangkaian pita bermotif swastika.

Di setiap sisi pintu masuk, ada dua relief yang menunjukkan asal usul para pendiri Roma. Relief pertama bercerita tentang "Lupercale", legenda serigala betina yang merawat bayi kembar Romulus dan Remus. Relief kedua bercerita tentang Enea, seorang yang saleh, pahlawan Trojan yang melarikan diri ke Roma.

Relief di sisi pintu lainnya mengisahkan seorang wanita duduk di atas tumpukan senjata. Simbol sangat jelas tentang mengakhiri konflik dan menjamin perdamaian. Di sisi lainnya ada relief Saturnia Tellus, simbol kelimpahan dan kesuburan, yang diwakili oleh sosok seorang wanita dengan dua anak kembar, seekor lembu, domba dan tumbuhan. 


Lupercale.

Sedangkan sosok dua peri di Saturnia Tellus, adalah simbol ketenangan dan kedamaian, baik di darat maupun di laut. Satu peri duduk di atas monster laut “naga”, melambangkan air, mewakili angin laut dan siang hari. Peri lainnya duduk di atas angsa, melambangkan udara, mewakili angin darat dan malam hari. 

Namun relief yang paling penting adalah susunan anggota penting keluarga kekaisaran. Simbol yang diperkirakan memuji kedaulatan seluruh keluarga gen Giulia, sebagai keturunan dari dua pendiri Roma. Tampak dalam relief, Augustus memakai kerudung kepala, diikuti istrinya Agripa dengan putranya Gaius Julius Caesar. Diapit oleh dua orang hakim, dan empat imam besar (Flamines Maiores).

Sepertinya Augustus menggunakan Ara Pacis sebagai sarana propaganda kekuasaannya ke seluruh kekaisaran. Tentang pilihannya membangun sebuah altar, monumen yang terbuka dan bisa dilihat banyak orang. Bukan membangun sebuah kuil yang tertutup dan sebagian besar orang saja yang bisa masuk. Kemudian letaknya di wilayah militer “Campo Marzio”, daerah yang menurut tradisi waktu itu, terkait dengan dewa perang. 


Augustus dan keluarga kekaisaran.

Melalui berbagai relief di Ara Pacis, Augustus juga terlihat ingin menunjukkan perannya sebagai pembawa damai dan pembela iman. Berjanji mengembalikan zaman keemasan romawi, setelah sepuluh tahun perang dan kekeringan. Meyakinkan orang-orang romawi, jika ia tetap memelihara tradisi kuno mereka.

Ketika Augustus berkuasa, bangsa Romawi memang mengalami banyak kemajuan. Yang pada awalnya dikenal sebagai bangsa yang suka berperang dan tidak berpendidikan, berubah menjadi bangsa pemikir, suka membaca dan menulis. Meskipun mesin cetak belum ditemukan, melalui tulisan tangan, karya – karya penulis tetap bisa terbit dan dibaca banyak orang. 

Banyak seniman dan arsitek terkenal juga muncul di zaman ini. Augustus mungkin memahami betul, jika design dan arsitektur memiliki pengaruh besar untuk mempertahankan kekuasaannya. Melalui gambar yang dicetak dalam koin, ukiran dalam relief atau patung, wajahnya bisa dikenal dan diingat banyak orang. Tidak ada provinsi, tidak ada kota di kekaisaran di mana namanya tidak terukir pada bangunan. 

Dengan demikian, bahkan lebih kuat daripada senjata. Karya - karya seni, ternyata bisa membuat sang imperator mendapatkan rasa hormat, pengabdian, dan cinta dari rakyatnya. Arrivederci..

Trailer  Ara Pacis Roma:


Sumber:
https://www.inexhibit.com/it/mymuseum/museo-ara-pacis-roma/

More articles

Holocaust Memorial Milan.

Other posts